Mudik Kansas
Sesuatu itu dimulai begitu kecil pada 2006. Ketika sebuah komunitas sepeda lokal menyelenggarakan event sederhana bernama \"Dirty Kanza.\" Kata \"Kanza\" didapat dari suku asli setempat, yang kemudian menjadikan nama wilayah sekitarnya \"Kansas.\"
Even gowes yang mereka buat tidak normal. Karena tidak ada apa-apa di Kansas, mereka pun membuat rute 200 mil, lebih dari 300 km, menjelajahi wilayah yang tidak ada apa-apanya di sekitar Emporia. Melewati jalan-jalan makadam, jalan-jalan berumput, jalan-jalan peternakan. Tantangan utamanya melewati kawasan Flint Hills, perbukitan dengan jalanan kerikil tajam. Kerikil-kerikil \"Flint\" itulah yang dalam sejarah digunakan suku asli sebagai bahan mata panah yang tajam.
Jarak resmi totalnya 206 mil, alias 322 kilometer. Harus dituntaskan dalam waktu kurang dari 21 jam. Tidak boleh ada mobil pengawal. Semua peserta harus mandiri sampai akhir. Hanya ada dua lokasi pit stop untuk mengisi suplai. Oh ya, karena lewat jalur-jalur makadam, tidak ada toko kelontong --apalagi Indomaret-- yang bisa dihampiri.
Dirty Kanza, dalam perjalanannya, menjadi trendsetter dunia. Gara-gara event ini, istilah \"gravel racing\" alias balapan di jalanan berkerikil menjadi superpopuler. Menghasilkan kategori sepeda baru, \"gravel bike,\" yang merupakan perkawinan antara road bike dengan MTB. Sekarang, persentase terbesar penjualan sepeda di Amerika adalah kategori ini. Seperti sepeda balap tapi memakai ban lebar seperti MTB.
Dirty Kanza menjadi lomba gravel terbesar di dunia. Pesertanya mencapai 3.000 orang. Sulit lebih dari itu, karena kapasitas Emporia dan kota sekitar yang memang tidak memadai untuk menampung seluruh peserta. Saking banyaknya yang ikut, bukan hanya hotel-hotel penuh. Rumah-rumah warga ikut disewakan, dan seluruh kamar dormitory di sebuah kampus kecil lokal ikut terpakai.
Untuk ikut, harus ikut semacam lotere pendaftaran.
Tiga tahun sudah saya mencoba ikut. Pada akhir 2019, akhirnya saya dapat jatah ikutan even tahun 2020. Bersama dua rekan lain dari Surabaya. Dua rekan lain, dari Bandung dan Jakarta, tidak lolos lotere.
Sejak akhir 2019 itu, saya sudah janjian dengan ayah dan ibu angkat saya. Bahwa pada Juni 2020 saya akan mampir ke sana. Apalagi, jarak dari Lawrence ke Emporia hanya satu jam naik mobil. Senang rasanya bisa menengok mereka lagi.
Kemudian pandemi menerpa.
Dirty Kanza mundur ke September 2020. Dirty Kanza lantas dibatalkan. Peserta diarahkan untuk memilih uangnya kembali atau ikut tahun 2021. Karena sudah lama memimpikan ikut event ini, saya dan teman-teman tetap menyatakan ikut untuk 2021.
Pada April lalu, keputusan final muncul. Event ini akan go pada 5 Juni 2021. Namanya saja yang berubah jadi Unbound Gravel. Ini setelah muncul kegaduhan soal kata \"dirty\" dan \"Kanza,\" yang bisa dianggap menghina warga suku asli.
Visa sudah siap. Pesawat sudah di-booking. Berangkat sebelum akhir Mei. Latihan tidak bisa maksimal karena suasana pandemi dan bulan Puasa, tapi saya tetap niat 100 persen berangkat. Semoga tidak ada perkembangan memburuk seputar pandemi dan kebijakan traveling. Kami bahkan sudah siap kalau harus karantina dulu setelah mendarat.
Tahun ini, saya sudah 100 persen siap mudik ke Kansas.
Ketemu ayah dan ibu saya yang di sana, sekaligus menuntaskan salah satu bucket list saya, berpartisipasi di event Dirty Kanza, gowes 322 km secara mandiri dalam sehari. Target saya finis di bawah 17 jam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: