Pilih Temui Ganjar di Saat Mega Terima Gelar Prof, Sinyal Jokowi Tolak Prabowo-Puan?
JAKARTA— Direktur Visi Indonesia Strategis Abdul Hamid mengatakan, ketidakhadiran Jokowi pada pengukuhan gelar profesor Megawati bisa dimaknai pesan halus tolak duet Prabowo-Puan.
Presiden RI Joko Widodo tidak menghadiri pengukuhan Profesor Kehormatan kepada Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri yang digelar di Unhan Sentul, Bogor, Jumat (11/6).
Kepala Negara hanya mengirimkan video ucapan selamat. Video itu diputar setelah sidang senat pemberian Profesor Kehormatan untuk Megawati ditutup.
Saat yang sama, Jokowi sendiri kunjungan kerja ke Jawa Tengah didampingi Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Pemberian Profesor Kehormatan berlangsung di Aula Merah Putih, Kampus Universitas Pertahanan (Unhan), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/6).
Ketua Umum PDI Perjuangan itu menerima Profesor Kehormatan (Gurubesar Tidak Tetap) bidang Kepemimpinan Strategik dari Unhan.
Direktur Visi Indonesia Strategis, Abdul Hamid mengatakan, ketidakhadiran Presiden Jokowi pada pengukuhan gelar profesor Megawati bisa dimaknai dua hal.
Pertama, Jokowi tidak begitu nyaman terhadap penganugerahan profesor itu karena menuai polemik. Hanya menimbulkan keriuhan di tengah konsentrasi pemerintah melakukan pemulihan ekonomi yang babak belur akibat Covid-19.
“Apalagi memang belum ada preseden, gelar profesor diberikan secara kehormatan. Karena profesor merupakan gelar tertinggi dunia pendidikan yang mensyaratkan proses panjang dan sulit seperti syarat publisitas jurnal dan lain-lain,” ujar Cak Hamid sapaan akrabnya, Sabtu (12/6).
Kedua, Jokowi juga sepertinya ingin menyampaikan pesan secara halus terkait ketidaknyamanannya dengan upaya duet Prabowo Subianto-Puan Maharani pada Pilpres 2024. Di Unhan, Prabowo-Puan duduk berdampingan.
“Karena disamping Jokowi juga ingin juga menjadi play maker pada Pilpres 2024, saya melihat loyalis Jokowi masih agak resisten terhadap kehadiran Prabowo,” kata Cak Hamid.
Karena diakui atau tidak, barisan dan pendukung Jokowi tidak saja diisi oleh simpatisan PDIP.
Artinya, mereka memilih dan mendukung Jokowi bukan karena PDIP, tapi karena figur Jokowi sendiri.
“Cara terbaik untuk menjaga psikologis pasukannya adalah dengan tidak hadir pada penganugerahan gelar profesor Mega,” ucap Cak Hamid pengamat politik ini. (pojoksatu/fajar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: