>

Rivalry Era Medsos

Rivalry Era Medsos

Lomba berikutnya di Hungaria sempat diguyur hujan. Situasi justru makin panas. Verstappen out lagi. Kali ini korban keteledoran rekan setim Hamilton, Valtteri Bottas.

Media sosial kembali panas. Bottas disuruh nabrak Red Bull! Begitu penyampaian via jempol atau jari jemari di dunia maya. Lewis Hamilton dicemooh dan diteriaki di lintasan menjadi sesuatu yang rutin.

Untung sekarang libur musim panas. Dari awal sampai akhir Agustus, F1 libur pertengahan musim. Jadi situasi ini bisa terasa lebih dingin. Walau sebenarnya, ini hanya menunggu momen meletup lebih panas lagi!

Sebab, lomba berikutnya adalah di Sirkuit Spa-Francorchamps, Belgia, akhir Agustus ini. Walau berpaspor Belanda, ibu kandung Verstappen adalah mantan pembalap Belgia. Dia juga lahir di Belgia. Pada 27-29 Agustus nanti, pasukan oranye pendukung Verstappen akan berbondong-bondong ke sirkuit.

Kalau kontroversi kembali terjadi di Belgia, sulit membayangkan seperti apa panasnya lomba lanjutannya. Seminggu kemudian, 3-5 September, adalah Grand Prix Belanda di Sirkuit Zandvoort!

Sekarang saja, saya sudah membayangkan Hamilton bakal mendapatkan perhatian security khusus. Teriakan-teriakan kurang menyenangkan, dan berpotensi rasis, bisa menjadi bumbu yang sangat ditakuti oleh F1.

Apalagi sekarang juga muncul anggapan miring, bahwa Hamilton lebih dilindungi. Karena dia orang Inggris, dan --harus diakui-- dalam sejarahnya F1 condong bias ke arah Inggris.

Sekali lagi, ini kali pertama F1 memiliki persaingan panas di tengah era dominasi media sosial. Media-media yang tidak ada filternya, yang bisa sejahat-jahatnya dalam menyampaikan sesuatu.

Jangan-jangan, nantinya serunya persaingan dua sportsman ini justru bisa melenceng jauh di luar lintasan. Kalau ada kontroversi, penjelasan teknis tidak akan didengarkan. Segala opini tidak mungkin dianggap netral. Pokoknya benar, pokoknya salah. Pokoknya Max, Pokoknya Lewis.

Sekarang saja, yang seperti itu sudah mudah ditemukan di media sosial. Apalagi kalau persaingan jadi semakin panas. Karena jempol dan jari jemari adalah extension dari isi kepala. Dan media sosial sudah menunjukkan kepada semua, bahwa teknologi informasi belum tentu membantu membuat orang berpikir lebih sehat! (Azrul Ananda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: