DISWAY: Taliban Rasul
Bayangan umum tentang Taliban adalah kekejamannya. Termasuk kekejaman kepada wanita. Luar biasa kejam. Bengis. Brutal. Beberapa film Hollywood juga mengambil tema kekejaman itu.
Saya sudah membaca beberapa novel dengan latar belakang Afghanistan. Yang ditulis novelis Afghanistan yang sudah jadi warga negara Amerika.
Isi novelnya juga seperti itu: zaman pemerintahan Taliban adalah zaman kegelapan Afghanistan. Kejam, bengis, brutal menjadi satu.
Maka ketika hari Minggu kemarin Taliban berhasil menduduki ibu kota Afghanistan, Kabul, bayangan lama itu muncul kembali. Afghanistan akan kembali menjadi negara horor.
Warga berebut naik pesawat untuk bisa meninggalkan Kabul, Afghanistan.
Tanda-tanda bahwa Taliban akan kembali menguasai Afghanistan sebenarnya sudah terlihat sebulan lalu. Satu-per satu kota-kota di Afghanistan bagian utara dikuasai Taliban.
Amerika Serikat pun tahu persis: Taliban akan kembali berkuasa. Mungkin dalam waktu sebulan ke depan. Amerika kelihatannya tidak peduli lagi. Amerika tetap memutuskan menarik semua pasukan dari Afghanistan.
Ternyata perkiraan \'satu bulan\' itu salah. Tidak sampai dua minggu seluruh Afghanistan sudah jatuh ke tangan Taliban. Pun ketika masih ada 6.000 tentara Amerika yang lagi menunggu jadwal ditarik pulang.
Sejak dua minggu lalu Amerika juga sudah \'mencicil\' menerbangkan orang-orang sipil Afghanistan ke Amerika. Yakni mereka yang memenuhi syarat mendapatkan visa. Sudah 2.000 orang Afghanistan yang mendapat visa Amerika.
Maka hari Minggu kemarin adalah hari tergopoh-gopoh nasional di sana. Tentara Amerika, para diplomat, orang-orang yang sudah mengajukan visa. Semua berbondong ke bandara. Bayangan umum: akan terjadi apa yang pernah terjadi di Saigon tahun 1975. Mereka akan diangkut dengan pesawat meninggalkan Afghanistan dalam keadaan panik.
Di tahun 1975 itu, ketika Vietnam Selatan yang didukung Amerika kalah perang, mereka berbondong ke bandara. Diangkut terbang ke Bangkok –untuk selanjutnya jadi imigran di Amerika. Penguasa baru, komunis dari Vietnam Utara, membiarkan mereka meninggalkan Saigon.
Yang terjadi di Kabul tidak sama. Amerika, yang sudah 20 tahun \'menduduki\' Afghanistan, memang kalah. Tapi oleh keputusan Amerika sendiri. Untuk menarik diri dari negara itu.
Keputusan Amerika itu dibuat oleh Presiden Donald Trump, dua tahun lalu. Joe Biden, pengganti Trump, mempercepatnya. Kini Trump berkoar agar Biden mengundurkan diri: membuat Amerika malu. Langkah Biden dianggap menjadi penyebab Taliban kembali berkuasa. Dan itu akan membuat maraknya kembali terorisme internasional.
Yang juga ikut terbirit-birit adalah Presiden Afghanistan hasil Pemilu yang lalu: Ashraf Gani. Ia meninggalkan istana menuju bandara. Lalu terbang ke arah utara: Tajikistan. Gani ingin mengungsi di negara tetangga itu.
Tapi Tajikistan menolak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: