>

DISWAY: Tol Al Haka

DISWAY: Tol Al Haka

Memang kendaraan belum bisa melaju cepat. Begitu banyak perbaikan jalan di jalur kiri. Rasanya seperti lebih banyak yang sedang diperbaiki daripada yang tidak. Tapi silakan saja. Itu tidak sampai mengurangi gejolak gembira di dada.

Malam itu saya istirahat di Bandar Lampung. Sudah 14 jam saya di atas kendaraan –termasuk 1,5 jam di laut. Harus makan dulu. Saya minta dibawa ke makanan yang segar. Yang ada kuah panasnya: untuk mengurangi penat.

Saya pun dibawa ke restoran pindang. Pindang ikan ala Lampung: Pindang Sehat. Saya tertarik dengan moto restoran ini: satu-satunya restoran yang bergaransi di Indonesia. Tertulis di situ: tidak cocok tidak usah bayar.

Masih ada keistimewaan satu lagi: tidak cocok boleh minta ganti makanan, tidak akan ditanya mengapa minta ganti.

Terlalu malam untuk minta ganti. Pagi-pagi saya harus memimpin senam-dansa di halaman belakang harian Radar Lampung. Bayarannya: pesta durian.

Saya pun diminta potong tumpeng ulang tahun. Saya merasa sudah terlalu gemuk –naik 3 Kg. Maka saya minta diwakili karyawan paling muda. Untuk diberikan ke karyawan yang paling langsing.

Sedang untuk potong kue full kalori, saya minta karyawan yang paling rajin olahraga untuk melakukannya. Kue itu harus diberikan kepada yang paling keras bekerja.

Semua memilih si dia: Dina Puspasari. Ternyata ada karyawati Radar Lampung yang begitu gila olahraga. Makanya, ketika senam tadi, dia khusyuk sekali.

Jenis olahraganyi pun belum pernah saya dengar: strong nation. Saya pun minta agar Dina memeragakannya. Saya akan mencoba mengikutinyi.

Ampun. Saya tidak bisa. Tidak kuat. Ternyata saya laki-laki biasa.

Awalnya Dina ragu-ragu memutuskan: kepada siapa kue itu akan diberikan. Kriteria \'\'yang paling kerja keras\'\' membuatnyi berpikir keras. \"Cepat putuskan. Salah tidak apa-apa. Latihanlah membuat keputusan cepat. Itulah modal untuk menjadi pemimpin,\" kata saya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: