DISWAY: Bebas Tes
Liam
1997 Kuliah D3 di semester 3 jurusan manajemen, IPK 3.1. Lamaran kerja ke PT.Bumi Raya ,PT urusan kayu paling gede di Pontianak pada masa itu belum ada panggilan. Saya minta uang semesteran sama Bapak yang lagi merokok di kursi. Asap nya ngebul, tebal sekali. Pas dengar permintaan saya. Muka bapak menjadi sangat keruh. Saya diam. Malam nya baring di ranjang, bantal susun dua, mikir panjang. Saya kalo tamat kuliah kerja, paling gaji 500-an rb(jaman orba, Cita-cita jadi Karyawan Bank saya yakin bisa masuk. Bahasa Inggris saya di atas rata-rata jaman itu. Ah.....tapi masih 2 tahun lagi. Itu kalo bikin skripsi lancar. Hmmm...kemaren dengar ke Taiwan gaji 2jt an sebulan. Fix sudah! Besok proposal ke Bapak. Pak ,motor jual ya, buat biaya ke Taiwan paling habis 4jt. 2 bulan balik modal. Bapak Ok,Ibu Ok. Berangkat! Pengalaman kerja perdana saya malah langsung ke luar negeri. Di Jakarta nunggu dua bulan, kos di Jelambar. Di Taiwan saya 3 Tahun. Kayak Bang Toyib, tak pulang-pulang, karena lebih asik jatah mudik tahunan dari perusahaan ,kalau tak diambil bisa di uangkan tiketnya, sekitaran 2jt. Taiwan sangat maju, minimarket bertebaran. Hak kami sebagai TKI full di kasih. Kamar AC, sarapan susu roti, makan siang,makan sore. Jaman saya sudah ada perkenalan sistem kerja 5 hari libur sabtu minggu, setiap dua minggu bergantian. Jadi seminggu kerja 6 hari, berikutnya kerja 5 hari. Jam kerja per hari 8 jam. Selebihnya di hitung uang lembur. Lembur 4 jam , ada bonus uang makan ,di total gaji harian menjadi dua kali lipat jika lembur 4 jam. Makanya TKI di Taiwan misuh jika tak di kasih lemburan. Yang paling apes yang kena bagian kebersihan ,pengangkutan sampah. Orang Taiwan sana tidak milih,diskriminasi ,mata sipit pun,tidak pandai ,bisa di pindahkan ke bagian kebersihan. Saya syukurlah kepilih jadi operator mesin , sekaligus penerjemah dibagian lingkungan pabrik, bahasa mandarin saya ,seperti goyang Annisa Bahar, patah-patah. Bahasa Khek juga lancar. Mandor shift saya satu orang Khek. Minnan Hwa ,juga kurang lebih sama dengan bahasa Tio Ciu. Tapi lebih mirip ke bahasa hokkien nya medan. Di Taiwan saya baca koran bahasa Inggris,kebetulan bisa inggris hasil les 3 tahun. Murah, isinya banyak. Majalah dari Indonesia ada, datang sebulan sekali, tapi mahal isinya juga sikit. mas Masakan Indonesia juga ada, saban sore dua hari sekali mampir ke pabrik pakai pickup . Cukup murah 100NT$ udah pake rendang dan Ayam. Yang punya pickup makanan, Amoi Singkawang yang hijrah kawin sama bujang lapok Taiwan. Pabrik kami cukup besar ,TKI ada dua ratusan orang. Jadi yang belanja cukup banyak. Ransum darurat kami Indomie, sekali beli satu atau dua dus, buat makan waktu shift malam dan waktu di mess jika lapar. Karena bacaan koran , isu yang paling menjual ya hubungan China Taiwan. Taiwan begitu dekat dengan AS.Saya baca Kota-kota di Taiwan di desain meniru desain kota-kota di US. Dari dulu Industri chip elekronik di Taiwan sudah mantab. Begitu pula nasib TKI nya, bonus tahunan bisa puluhan juta. Di Hsin Chu pabrik nya. Perlu di ketahui ,sebelum pasukan KMT masuk, sudah ada orang cina lokal disana. Yang datang belakangan dengan pasukan KMT dipanggil Ta Lu Ren. Orang daratan besar. Mereka cukup memandang rendah waktu itu kepada orang daratan Cina. Saya kalo ingat jadi ngekeh, sekarang apakah Taiwan lihat kemajuan China. Makanya jangan pandang rendah. Waktu berputar. Saya sih memandang Taiwan tak akan pernah di Invasi China. Orang Cina begitu menghargai uang dan kemakmuran. Jadi hal yang merusak kemakmuran adalah pilihan terakhir. Lagi...ada satu alasan lagi. Gegeran China-Taiwan cuma sandiwara buat menyenangkan Amerika, yang suka adu domba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: