>

DISWAY: Together Stronger

DISWAY: Together Stronger

 

Suwarti Wati

Pakai Ajian Halimun kayaknya Mba jadi walaupun disekitar kita tapi tidak terlihat hihihi

 

Mirza Mirwan

Baru baca judulnya, sebelum membuka artikelnya, saya sudah tahu, pasti tentang Lampung lagi. Ya, karena saya tahu benar bahwa Arinal Riana adalah gabungan nama depan Gubernur Lampung dan istrinya. Ditambah lagi \"clue\" Ketua Golkar itu. Dan saya tersenyum geli, tentu saja. Bukan saja karena dari semua provinsi di luar Pulau Jawa, Lampung adalah provinsi yang pernah beberapa kali saya \"ambah\", setelah Provinsi Bali, melainkan karena Lampung adalah provinsi yang memberi saya pengalaman yang lucu-lucu dan tak terlupakan. Kapan hari itu saya pernah cerita makan nangka ditutulkan ke parutan kelapa di rumah teman yang rumahnya dekat gubernuran. Nah, yang akan saya ceritakan berikut ini kejadian kira-kira setahun setelahnya. Malam itu saya menginap di penginapan dekat sebuah bioskup di daerah Bambu Kuning. Besoknya saya mau ke Metro, juga Kota Gajah, untuk mengunjungi teman semasa SMA yang menjadi guru SMA di sana. Mereka itu lulusan \"crash programm\" D-3/A-IV untuk mengatasi kekurangan guru-guru SMA/SMK ketika itu. Pagi sebelumnya saya sudah mengunjungi teman seangkatan mereka di Pringsewu. Dan pagi selanjutnya ke teman mereka di Kotabumi dan Bukit Kemuning. Syahdan, sekitar pukul 10 malam saya benar-benar kehausan. Saya ingin sekali minum teh, tapi yang disediakan penginapan hanya kopi -- yang justru membuat susah tidur. Sayapun keluar. Kebetulan di depan penginapan ada pedagang kaki lima. Minta teh, adanya kopi juga. Telanjur duduk, yaudah. \"Gulanya sedikit saja, Pak,\" pinta saya. Lho, ternyata kopinya bukan kopi bubuk. Pak Pedagang menjumput biji kopi dari toples lalu memasukkannya ke alat penggiling. Setelah itu mengambil gelas kecil dan memberinya dua sendok kecil gula pasir. Saya tak sempat memperhatikan ketika gelas itu ditadahkan ke alat penggiling, karena menoleh ke orang di sebelah saya yang mengajak bercakap. Tahu-tahu kopi sudah terhidang di depan saya. Dan...masyaallah, kopinya membuat saya bergidik ketika mencicipinya. \"Iki kopi apa lebu, sih?\" gerutu saya dalam hati -- ini kopi atau debu, sih? Apa tumon? Setelah saya perhatikan saat pedagang itu melayani pelanggan lain, ternyata kopinya lebih dari sepertiga gelas. Pantesan kayak debu. Sejak saat itulah saya tidak suka minum kopi sampai tua. Putri saya suka ngeledek tiap kali minum kopi sachet di depan saya. Tapi saya malah bergidik, teringat pengalaman minum \"air debu\" di Lampung dulu.

 

Ibnu Kembar

Abah sudah beberapa kali menulis kepala daerah yang memperjuangkan dan membela hasil para petani dan pekebun. Baik kopra, jagung, ketela ataupun kopi. Tapi, Abah belum menulis kepala daerah yang membela kelangkaan pupuk dan minyak goreng.

 

Axl ngix SUYOTO ARY FIANTO

Salute ama seleranya cari bini Bisa melihat masa depan  30 vs 17Om aat kalah Wkwkwk.....

 

Teguh Wibowo

Kemarin pas nonton serial netflix, ada salah satu scene yg memuji \"The Sumatra Coffee\". Pernah jg liat di salah satu scene nya film Batman yg memuji \"Luwak Coffee\".Keren ya.. Padahal kopi bukan tanaman asli Indonesia. Awal mula tanaman ini masuk ke Indonesia dibawa oleh Belanda dari Malabar, India. Kopi yg asli itu harganya mahal. Yg murah itu kopi sachetan. Yg seharusnya tidak layak disebut kopi, tapi lebih pantas disebut minuman rasa kopi. Karena kandungan kopi nya yg cuma sak uprit, yg lebih dominan adalah perisa kopi nya. Kemarin baru saja dpt oleh2 dari teman kopi Lampung, di kemasannya tertulis komposisinya 50% biji kopi, 50% biji jagung. Bagi saya masih mending lah, daripada kopi sachetan..

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: