>

DISWAY: Menu Mandoti

DISWAY: Menu Mandoti

Saridin

Di pedesaan Takeran, mungkin juga di pedesaan mana pun di muka bumi, bagi orang tidak mampu (baca: miskin), sekali orang memutuskan untuk merantau, atau melepas anak-keluarganya merantau, maka itu mungkin adalah terakhir kalinya mereka bersitatap. Sebab, kesempatan untuk kembali bertemu sangat ketjil.  Karena dalam perantauan, si anak yang merantau juga mendapatkan pekerjaan yang hanya tjukup untuk makan. Apalagi, jika kemudian dia berkeluarga dan beranak-pinak. Peluang untuk mudik hampir lenyap. Banyak  terjadi pada tetangga, dan saudara, yang menyebutkan anaknya atau keluarganya hilang, di Sumatra, atau Kalimantan, atau di tempat yg lain. Karena, memang tak ada peluang untuk berkabar.  Kadang ada kabar bahwa si anak/kerabat telah meninggal, entah kenapa dan bagaimana. Di suatu tempat, yang tak jelas juga koordinatnya. Nyaris tak ada ikatan emosional yang kuat bagi saudara sekandung. Kalah oleh keterbatasan hidup. Itu terjadi, bahkan hingga hari ini.  3-4 bulan lalu, kerabat saya, masih muda, mendadak pulang, setelah puluhan tahun hilang. Dia diantar polisi ke rumah, setelah menemukannya -dalam keadaan sakit parah- di terminal. Beberapa hari kemudian, dia meninggal. Semoga almarhumah Ibu Sofwati dan semua anak rantau di muka bumi, yang dipanggil oleh Allah untuk pulang tanpa/sebelum bertemu keluarganya kembali, dipeluk oleh Allah dalam Jubah Kasih dan SayangNya.

 

Zainal Arifin

isteri=bidadari.

 

kang asep

kak sofwati itu pengorbanannya buessar sekali utk suami. lbh mudah suami tetap kerja di jawa...   istri berkorban bawa anak sendiri ke jambi. meninggalkan semua ... keluarga, pekerjaan, teman2, hobi, komunitas, budaya...  bayangkan kak sofwati itu pengikut liberal yg suka kebebasan. tp dia rela kebebasannya ditukar utk bs berkumpul dgn suami.....  para suami jgn tegaan gitu sama istri..... sayangi istri anda walau tdk cantik......krn mereka rela berkorban besar utk suami...

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: