>

Kemungkinan Tidak Serentak Awal Puasa dan Lebaran Muhammadiyah Berbeda dengan Pemerintah

Kemungkinan Tidak Serentak Awal Puasa dan Lebaran Muhammadiyah Berbeda dengan Pemerintah

Begitu pula 1 Syawal, Thomas mengatakan, dengan kriteria wujudul hilal, Lebaran jatuh pada 2 Mei. Namun, dia menjelaskan bahwa ada potensi hilal tidak bisa dirukyat pada 30 April.

Dengan demikian, 1 Syawal 1443 H bagi yang berpatokan terhadap rukyat bisa jatuh pada 3 Mei.

’’Kecuali nanti di wilayah Sumatera ada yang bisa rukyat (hilal), Lebaran 2 Mei,’’ katanya.

Demikian pula penetapan awal Zulhijah sebagai patokan Idul Adha (10 Zulhijah).

’’Perlu disampaikan, dengan perbedaan kriteria tersebut, keputusan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah ada potensi perbedaan,’’ ujar Thomas.

Wakil Ketua Umum MUI Marsudi Syuhud menuturkan, perbedaan adalah hal biasa. Sehingga, tak perlu dijadikan sebuah polemik. Sebab masing-masing metode yang digunakan memiliki landasan masing-masing.

“Ilmu penentuan kalender ini sangat penting, karena sangat berpengaruh untuk menentukan kapan dimulainya ibadah Ramadan,” katanya.

 

Bahkan, kata dia, Kemenag sampai hari ini selalu menyatukan perbedaan-perbedaan dalam penentuan Ramadan dengan diadakannya sidang isbat.

Dalam kesempatan yang sama, Sekjen MUI Amirsyah Tambunan menyampaikan perbedaan dalam pendekatan hisab dan rukyat itu sebuah keniscayaan.

 

“Di satu sisi untuk memahami dan sebagai bentuk toleransi,” ujarnya dikutip dari Fajar.co.id. (ima/rtc)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: