DISWAY: Minyak dan Gandum

DISWAY: Minyak dan Gandum

Mau menambah utang, gunung utangnya sudah tinggi-tinggi sekali. Mau menambah impor gandum cadangan devisanya sudah sangat tipis: tinggal USD 2,3 miliar –bandingkan dengan Indonesia yang punya USD 142 miliar.

Dengan cadangan devisa cuma segitu, itu hanya cukup untuk impor 1 bulan. Betapa mendebarkannya –mengingat BBM dan gandum harus impor 100 persen. 

Indonesia pernah punya cadangan devisa lebih mengerikan: hanya cukup untuk impor satu minggu. Tapi itu jadi sejarah masa lalu. Yakni di zaman akhir pemerintahan Bung Karno. Ketika itu politik juga jadi panglima.

Sri Lanka sedang mencari tambahan pinjaman sekuatnya. India, tetangga terdekatnya, menjanjikan tambahan USD 1 miliar.

Tiongkok USD 2 miliar –meski utangnya ke Tiongkok sudah kelewat besar. Yang USD 1 miliar harus untuk membeli barang di Tiongkok. Padahal Tiongkok tidak punya cukup minyak dan gandum. 

Itu belum cukup. Harus cari sumber lain. Sri Lanka juga lagi mendekati IMF. Salah satu menteri yang mengundurkan diri itu pun sebenarnya lagi berada di Washington untuk menemui IMF.

Sebenarnya posisi politik adik-kakak ini kuat sekali. Mayoritas parlemen dikuasai koalisi pemerintah. 

Tapi rakyat telanjur marah –akibat harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi.

Reputasi adik-kakak ini –di bidang pembangunan– sangat baik. 

Dimulai ketika Si Kakak (Mahinda) menjadi presiden. Sampai dua periode: 2005-2010 dan 2010-2015. Pembangunan maju sekali. 

Konstitusi baru Sri Lanka membatasi masa jabatan presiden maksimum dua periode. Pemerintahan pun berganti. Padahal ia sukses sekali. 

Di zaman Mahinda Rajapaksa-lah perang sipil kelompok Hindu dan Buddha berakhir. Sangat bersejarah. Perang itu telah berlangsung puluhan tahun. Bisa diselesaikan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: