Disway Baru
Melihat perubahan ini saya pun seperti Anda. Saya lagi bertanya-tanya: Disway ini sedang menuju ke mana. Ke restoran? Ke kuburan?
\"Kami tidak mau menuju kuburan,\" kata mereka. Ya, sudah. Saya ikut saja.
Bagi saya, memercayai anak-anak muda sudah lama menjadi bagian dari napas sehari-hari. Bukan tanpa risiko. Sering. Bahkan, risikonya tak tertahankan –tapi biarlah saya sendiri yang tahu.
Hidup memang penuh risiko –bagi yang tetap ingin hidup.
Kini saya juga seperti Anda: kangen dengan rumah lama. Terutama kepada para perusuh itu. Perusuh Disway. Saya juga lupa siapa yang pertama menciptakan istilah perusuh itu. Cocok banget predikat itu untuk mereka.
Ke mana pantun? Ke mana Pak Thamrin? Aryo Mbediun? Mbah Mars? Ummi? Dan semuanya?
Pasti karena perubahan ini. Semoga bukan karena terlalu lama berdiri antre minyak goreng curah.
Saya sendiri menyikapi perubahan ini sebagai \'\'itulah perjalanan hidup\'\'.
Seperti juga perjalanan hidup saya. Tahun-tahun belakangan saya harus sering makan makanan yang tidak saya sukai: brokoli, pepaya, oatmeal, air putih –hanya karena itu penting. Antara suka dan penting ternyata harus disikapi berbeda.
Saya juga sering benci mengapa harus menulis setiap hari. Terutama di hari-hari sangat sibuk. Toh saya terus menulis. Di Disway lama yang saya sukai maupun di Disway baru –yang Anda sudah tahu. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Burung Pengkhianat
Mister Xi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: