DISWAY: Presiden Wow!

DISWAY: Presiden Wow!

Yuli Triyono

Minyak goreng sudah bisa didapat di mana-mana. Ah, betapa melegakan. Andaikan itu benar. Bukan hanya di lagunya Iwan Fals.

 

Dahlan Tampubolon

Mestinya bukan DMO yang menjadi masalah, karena ketika DMO dijalankan dan harga masih mengikuti pasar, para eksportir bukan pemilik lahan masih bisa menjual dengan harga di atas biaya produksi. Namun ketika DMO dibarengi DPO, kelangkaan minyak nabati menggila. Karena harga beli CPO sudah 17rb rupiah per kg, tapi mereka diwajibkan menjual minyak goreng pada harga 11rb rupiah per liter. Pakai kalkulator merek apa pun, gak kan masuk barang tu. Berbeda dengan produsen minyak nabati yang punya rantai pasok mulai kebun hingga minyak goreng, mereka bisa menikmati harga ekspor dan menutupi rendahnya DPO yang 11rb perak tadi. Di pasar oligopoli pasti produsen berusaha mencapai laba maksimum atau setidaknya di atas nol. Kalau produsen disuruh menjual jauuuh di bawah harga beli bahan baku, teori ekonomi mana pun tak akan masuk. Lalu dengan cara DPO dan DPO ini, mulai lah muncul upaya mendapat sertifikat DMO (aspal) sehingga produsen minyak nabati bisa menjual ke luar negara dengan harga yang asyik. Mestinya pejabat tukang olah dan raja olah ini duluan dihukum gantung di bawah pokok sawit umur 30 tahun. Para petani sawit jangan ikut ikut menuntut harga minyak goreng turun la. Ketika harga sawit 800 perak, harga minyak kemasan 12rb. Tapi ketika harga sawit jadi 3200 perak, jangan pulak minta harga minyak goreng tetap 12rb. Kek mana mau naek harga sawit kalau harga minyak goreng gak naek. Sama sama la kita tengok kek mana Kejaksaaan Agung menuntut para tukang olah dan raja olah ini. Biar 

Agustinus Marampa

Asu..dalah. Semua orang sudah tahu, dan anda sudah tahu, mental orang indonesia masih bisa dibeli dan gampang diadu domba . Jadi makanan empuk bagi mafia dan negara negara maju. tapi masih ada untungnya Tuhan masih berpihak, sumber daya alamnya melimpah, tapi kalau habis mau gimana? terserah andalah.

 

Hardiyanto Prasetiyo

Saya mengamati BLT dan DMO seharusnya beriringan bukan pisah ranjang/dicabut salah satu. BLT meningkatkan daya beli dari sisi konsumen dan DMO meningkatkan ketersedian stock dan menjaga kontinuitas suplai dalam negeri dari sisi produsen. Nyatanya setelah DMO dicabut dan BLT dibagikan, banyak antrian panjang konsumen beli migor dimana2 tp ketersediaan barang msh terlalu sedikit. Oke lah setelah ada BLT daya beli masyarakat kuat tp barangnya msh langka dan terbatas. Buat apa ada BLT klo barang langka??? Apa yg mau dibeli??? Bisa2 klo migor msh langka, BLT jadi sasaran empuk kaum hawa untuk beli baju buat hari raya.

 

Akagami Shanks

Hehe, 99% persen permasalahan di negeri ini kecuali kawin lagi saya yakin sudah ada solusinya. Tapi banyak yang nggak mau tau, kenapa harus ikut pusing. Mobil listrik, pilpres lewat hp tanpa kertas, bunga tinggi kredit motor, tidak usah bahas agama orang, tidak perlu menipu, atau korupsi, dll. Selama penguasa bilang A, mau seluruh manusia bilang B. Arah dunia tetap menuju A. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: