DISWAY: Belanda Budiman

DISWAY: Belanda Budiman

Tapi dengan kulit cokelatnya, Budiman tetap merasa aneh sendiri. Lalu bertanya pada orang tua: siapa dirinya. Saat itu umur Budiman baru 7 atau 8 tahun.

\"Orang tua saya sebenarnya sejak lama ingin menjelaskan semuanya. Sebelum saya tanya itu. Tapi saya masih dianggap terlalu kecil,\" ujar Budiman –yang sampai sekarang masih belum bisa berbahasa Indonesia.

Setelah diberi tahu itu ia pun mulai terusik untuk mencari tahu siapa ibu yang melahirkannya. Ia tidak sendirian. Banyak yang seperti Budiman. Sekitar 3.000 bayi yang senasib dengan Budiman di Belanda. Mereka pun saling kontak. Lewat yayasan khusus yang membantu mencari silsilah: Yayasan Mijn Roots

Banyak sekali anak adopsi yang berhasil menemukan orang tua asli.

Di akhir tahun 1970-an berita adopsi memang sangat marak di Indonesia. Saya sendiri pernah menugaskan wartawan untuk melakukan investigasi.

Berhasil.

Ditemukanlah satu lembaga yang dekat dengan gereja. Di Pandaan. Yakni kota kecil antara Surabaya-Malang. Di situ ada panti penampungan bayi. Orang Belanda bisa datang ke panti itu. Ratusan  bayi di situ –menunggu diadopsi.

Dari hasil investigasi itu diketahui: mereka adalah campuran. Sebagian dari mereka adalah bayi hasil hubungan gelap. Sebagian lagi bayi dari keluarga yang sangat miskin. Ada seorang ibu yang mengaku seperti ini: \'\'lebih baik anak saya diadopsi. Agar masa depannya lebih baik. Dari pada ia melanggengkan kemiskinan keluarga kami\".

Zaman itu ekonomi Indonesia memang belum semaju sekarang. Industrialisasi pun baru dimulai. Banyak wanita muda pindah ke kota. Cari kerja. Di pabrik-pabrik. Dengan segala risiko guncangan jiwa. Termasuk risiko kemudaan mereka.

Itulah zaman pancaroba sosial. Dari ekonomi miskin di pedesaan ke ekonomi industri di kota. Dari desa ke kota. Dari kultur desa ke kultur urban. Dari banyak kekangan ke kebebasan.

Bayi-bayi gelap tadi adalah salah satu konsekuensinya.

Lembaga penampung bayi itu sendiri merasa sedang mengerjakan kemuliaan: mengatasi problem bayi yang harus dibuang di pinggir jalan. Atau di toilet. Di mana saja.

Kala itu kehebohan adopsi bayi luar biasa. Akhirnya pemerintah turun tangan. Melarangnya. Lembaga itu pun tutup. Tidak ada lagi adopsi massal seperti itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: