Dunia Kembali Offline

Dunia Kembali Offline

Soal penurunan drastis, Rusia tidak boleh disalahkan begitu saja. Karena jumlah pelanggan Netflix di Amerika dan Kanada sendiri juga turun 600 ribu!

Dan di atas itu semua, ada satu faktor besar yang membuat Netflix, investor, dan industri tersebut harus hati-hati: Yaitu berangsur berakhirnya pandemi. Dunia perlahan kembali sibuk offline.

Bobby Allyn dari NPR menjelaskan: \"Ada begitu banyak hal terjadi. Pertama, (Netflix) sedang menyesuaikan diri dengan akhir dari booming masa pandemi yang melonjakkan mereka secara drastis. Sekarang, ada begitu banyak hal yang menyibukkan kita sehingga tidak bisa lagi nonton TV secara binge (nonstop).\"

Dia menambahkan, sementara orang semakin sibuk dengan dunia nyata, orang-orang itu juga diberi pilihan lebih banyak lagi di dunia streaming. Jadi, dalam masa waktu menonton TV yang lebih sedikit, pilihan tontonannya jadi jauh lebih banyak.

Catatan tambahan: Pilihan-pilihan yang dulu ada di Netflix, sekarang sudah pindah --atau tepatnya pulang kampung-- ke saluran pemilik aslinya. Contoh, film-film Disney sekarang hijrah ke Disney+. Film-film superhero DC kini jadi milik HBO Max (atau di sini HBO Go).

Ini memberi tantangan bagi Netflix untuk membuat konten yang lebih kuat lagi. Bayangkan betapa sulitnya harus selalu punya konten sekuat Squid Games setiap bulan! Di saat pengeluaran harus semakin dikontrol, makin lama makin tidak bisa jorjoran membayar bintang atau membeli konten.

Ada pula pengamat yang menyebut tidak adanya konten olahraga di Netflix sebagai faktor penghambat lain. Sementara para pesaingnya, yang memiliki jaringan jauh lebih kuat, banyak invest ke hak siar olahraga. Disney misalnya. Menurut Washington Post, tahun ini berencana mengeluarkan dana USD 33 miliar untuk belanja konten. Namun, banyak dari jumlah itu disiapkan untuk membeli hak siar olahraga (untuk grupnya yang bermain di arena itu, seperti ESPN).

Bicara soal olahraga, bahwa Disney siap belanja besar di situ, bisa memperkuat argumen bahwa dunia offline akan kembali seperti dulu. Atau bisa lebih kuat lagi.

Sudah bukan rahasia, dunia olahraga di Amerika dan Eropa praktis sudah kembali normal. Dan makin melejit. Penonton semakin semangat ke stadion. Semoga ini juga akan terjadi di belahan dunia lain, termasuk Indonesia.

Washington Post menegaskan: Streaming services sekarang mulai kembali bersaing dengan dunia nyata.

Membaca segala perkembangan ini, yang biasanya kemudian akan terjadi serupa di Indonesia, saya jadi berkaca ke keluarga sendiri. Saat pandemi, rumah saya berhenti langganan TV kabel. Kemudian langganan banyak streaming. Mulai Netflix, Disney+ Hotstar, HBO GO, Amazon Prime, plus saluran-saluran spesifik olahraga seperti NFL GamePass, NBA, GCN (sepeda), dan tentu saja bayar tambahan di Vidio untuk nonton sepak bola Indonesia (dan Formula 1). Oh ya, juga premium YouTube supaya tidak \"terhadang\" iklan-iklan.

Di awal pandemi, karena semua selalu di rumah, tentu saja jam tontonan jadi tinggi sekali. Bahkan anak-anak saya terus terang sekolah online sambil YouTube menyala di TV. Kalau disuruh matikan, tidak lama akan dinyalakan lagi. Kadang, laptop sedang menyala untuk sekolah, TV menyala YouTube, tapi anaknya tidur pulas di sebelah laptop (dan di depan TV).

Belakangan, anak-anak saya sudah mulai sekolah offline. Istri saya makin sibuk. Saya juga makin banyak lagi aktivitas di luar, bahkan mulai intensif lagi traveling. Waktu menonton makin sedikit, kembali seperti dulu lagi. Sekarang rebutan dengan istri saya saat malam mau tidur. Dia pengin nonton hal-hal berbau Korea, saya pengin nonton sitkom atau cuplikan olahraga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: