HPP Gabah Rp6.500/kg Dorong Lapangan Kerja Warga Desa Cengkuang

Jumat 08-08-2025,17:25 WIB
Reporter : Tim
Editor : Misriyanti

CIREBON, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen(GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram mendorong peningkatan serapan hasil panen petani oleh Bulog, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi warga Desa Cengkuang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Kepala Desa Cengkuang Zaenal Arifin di Cirebon, Kamis mengatakan stabilnya harga gabah membuat petani semangat bertani hingga meningkatkan luas tanam dan frekuensi musim tanam, yang otomatis membutuhkan lebih banyak tenaga kerja atau buruh dalam sektor tersebut.

"Banyak penduduk yang ikut berkecimpung di pertanian juga, tetapi jadi buruh tanam, buruh babat, grabag, itu sangat banyak," kata Zaenal, dikutip dari antara. 

BACA JUGA:Kaltim Optimalkan Potensi PLTS dan Biogas untuk Energi Bersih

Ia menyebutkan warga di desa itu tercatat kurang lebih 5.600 jiwa. Dari jumlah itu ada 167 petani penggarap berdasarkan data Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), sedangkan sekitar 1000-an menjadi buruh tani.

Menurut Zaenal kehadiran Bulog yang membeli GKP Rp6.500 per kg membuat tengkulak tak bisa lagi menekan harga di bawah Rp5.000 per kilogram seperti sebelumnya, membuat pertanian padi di daerah itu terus bersemangat dalam mengolah sawah.Apalagi dengan harga pembelian gabah yang stabil sesuai HPP yang ditetapkan Rp6.500 per kg, menjadi patokan pasar gabah di daerah itu.

BACA JUGA:Lima WBP Lapas Narkotika di Jambi ikut ujian penyetaraan paket C

Lebih lanjut dia mengatakan selama masa panen di tahun ini, sekitar 275 ton gabah kering panen (GKP) telah diserap Bulog di desa tersebut.

Pemerintah desa menargetkan penambahan jumlah petani aktif dan bantuan alsintan dari pusat untuk mendorong pertanian berkelanjutan yang tetap berbasis tenaga lokal dan memperkuat ekonomi desa tersebut.

"Kalau dukungan penambahan tanah, saya rasa nggak mungkin. Cuman ada catatan tersendiri bahwa kami warga Cengkuang itu karena potensi petani yang sangat besar bisa bekerja di tempat lain, di Desa Ciawi (Kecematan Palimanan)," ujarnya.

"Terus di Desa Serang (Kecamatan Klangenan). Itu banyak pekerja-pekerja kami yang di sana," tambah Zaenal.

Yoyon (51), salah satu petani asal Desa Cengkuang, Kecamatan Palimanan, mengaku dirinya yang mengolah sawah di lahan seluas 0,7 hektare atau daerah setempat mengenal dengan nama "satu bau", bisa mempekerjakan 27 orang buruh.

"Kalau di kita itu ada 27 buruh. Itu biasanya buruh di luar kelompok tani, jadi ada pemberdayaan," kata Yoyon.

Sebagai Ketua Kelompok Tani Sri Rahayu di Desa Cengkuang, ia menjelaskan buruh tani diberi tanggung jawab menggarap galengan, tanam, dan panen.Di sisi lain, Perum Bulog Cabang Cirebon, Jawa Barat, mengerahkan 50 orang Tim Jemput Gabah untuk memaksimalkan penyerapan hasil panen petani secara langsung di daerah tersebut setelah ditugaskan langsung membeli gabah karing panen, bukan lagi dalam bentuk beras atau gabah kering giling (GKG) seperti sebelumnya.

Kepala Perum Bulog Cirebon Ramaijon Purba ditemui di Cirebon, Rabu (6/8) mengatakan tim jemput gabah itu dibentuk untuk melakukan pembelian langsung ke petani berdasarkan informasi titik panen dari Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan penyuluh pertanian yang aktif memantau kondisi di lapangan.

Kategori :