Perkembangan perdagangan Jambi dengan dunia luar berkembang pesat pada abad ke-16. Pada pertengahan tahun 1550-an pihak Kerajaan Jambi memanfaatkan jalur sungai Batanghari sebagai jalur perdagangan ekspor-impor internasional. Negara-negara yang menjadi mitra perdangan antara lain Portugis, Inggris, Hindia Timur Belanda (India) dan China. Dalam konteks Indonesia, Raja Jambi bermitra dagang dengan Melayu Nusantara, Jawa dan Makssar (Sulawesi).
Dalam konteks kedaerahan, Jambi tetap berupaya membangkitkan semangat kemakmuran masa lalu Jambi guna meng-endorse generasi sekarang agar lebih percaya diri dalam menjalankan konsep pemikiran ekonomi Jambi yang berorientasi sumber daya alam yang relatif melimpah. Pengabadian nama Swarna Bhumi di Jambi sebagai nama gedung merupkan bentuk pengejawantahan kekayaan dan kejayaan Jambi masa lampau. Pagelaran Festifal Swarna Bhumi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) merupakan wujud apresiasi nilai budaya, kerarifan lokal dan pola pelestarian alam sebagai local wisdom.
Sampai saat ini, terdapat beberapa tempat dimana istilah Swarna Bhumi dijadikan identitas kejayaan Jambi tempo dulu. Di Kabupaten Bungo, istilah Swarna Bhumi cukup familiar karena diabadikan dengan pendirian sebuah hotel yang diberi nama Swarna Bhumi. Hotel Swarna Bhumi Bungo beralamat di Jalan Sultan Thaha No.139, Bungo Barat, Muara Bungo, kabupaten Bungo. Berikutnya, Hotel Swarna Bhumi 2 atau disingkat dengan HSB 2, berlokasi di Jalan Jend Sudirman No.168, Batang Bungo, Pasar Muara Bungo, Kabupaten Bungo, Jambi.
Selanjutnya, Stadion Swarna Bhumi merupakan salah satu bangunan monumental kepemimpinan Al Haris sebagai Gubernur Jambi. Stadion tersebut menjadi salah satu hasil kerja pembangunan sarana era Gubernur Al Haris periode pertama sebagai Gubernur Jambi (2020-2025). Terlepas dari pro dan kontra pembangunan stadion yang berlokasi di Pijoan, Kecamatan Jaluko, Muaro Jambi tersebut, bangunan itu tetap strategis. Bangunan itu menjadi simbol kejayaan Jambi dengan sumber daya alam yang melimpah, disamping mengingat masa kejayaan sungai Batang Hari yang menjadi lintasan perdagangan strategis masa lalu, dan ke depan, tentunya, akan menjadi cikal-bakal sarana pencetak atlet Jambi yang berprestasi.
Kenduri Swarna Bhumi
Kebijakan Pemerintah Pusat melalui Kemendikbudristek dengan mengadakan event penting bertajuk Kenduri Swarna Bhumi merupakan bentuk apresiasi yang luar biasa kepada Pepmrov Jambi. Apresiasi itu bisa dilihat dari dua konteks, yakni pertama terkait dengan kekayaan alam dan kejayaan Jambi. Sumatera sebagai golden island ataupun golden land, mengingat Pulau Sumatera yang kaya dengan sumber daya alam. Kenduri itu juga menghargai pelestarian budaya dan lingkungan yang dapat dianggap sebagai model pola kearifan lokal Jambi yang dapat dijadikan model.
Dala praktiknya, Kenduri Swarna Bhumi ini merupakan rangkaian kegiatan kebudayaan yang dihelat di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Acara ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai bagian penting dalam upaya pemajuan kebudayaan dan pelestarian lingkungan di sepanjang DAS Batanghari yang melewati kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dan Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat.
Kenduri Swarnabhumi pertama kali diselenggarakan pada tahun 2022 dengan mengusung tema "Peradaban Sungai Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti" yang diselenggarakan bersama 14 pemerintah daerah (Pemda) DAS Batanghari. Kenduri Swarnabhumi 2022 sukses digelar dengan semangat tinggi oleh semua pihak. Terbukti bahwa masyarat rela bergotong royong guna memajukan kebudayaan, khususnya kebudayaan Melayu.
Pada tahun 2023, fokus acara ini bergeser ke aktivasi lingkungan dan pemetaan pelaku seni budaya. Inisiatif ini melibatkan berbagai komunitas dan individu yang berperan aktif dalam seni dan budaya lokal, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi lingkungan. Mengangkat tema "Cintai Budaya Kita Lestarikan Sungai, Cintai Sungai Kita Lestarikan Budaya", Kenduri Swarnabhumi 2023 melakukan serangkaian kegiatan seperti ekspedisi Sungai Batanghari, penanaman pohon, penebaran benih ikan, pelibatan generasi muda dan masyarakat untuk membersihkan sungai, serta diskusi yang membahas tindak lanjut pelestarian DAS Batanghari.