Terkuak! Ada Darah Minang Mengalir di Tubuh Cut Nyak Dhien

Sabtu 14-09-2024,21:27 WIB
Reporter : Tim
Editor : Dona Piscesika

 

Bahkan, pada suatu kesempatan Makoedum menyerahkan besi tua yang sudah berkarat kepada Sultan Aceh. Hal itu lantas membuat Sultan marah karena merasa dihina sehingga memutuskan menyerang dan menangkap Makoedum Sati. Dalam pertempuran itu,  Makoedum kalah telak dan seisi perkampungannya dibakar oleh pasukan Sultan Aceh.

 

Usai ditangkap, Makoedum disiksa. Bahkan, ia dipaksa menelan cairan besi panas yang sebelumnya ia kirim kepada Sultan Jamalul Alam. Akan tetapi, usaha sultan untuk membinasakan Makoedum sia-sia. Makoedum tetap hidup karena, konon, ia memiliki ilmu yang bisa mendinginkan besi panas.

 

Singkatnya, atas kebijaksanaan Sultan Jamalul Alam, Makoedum diberi ampunan, namun harus mengabdi kepada Sultan Aceh.

 

Jejak Sejarah

 

Rumoh Tjut Nja' Dhien atau Museum Cut Nyak Dhien pertama kalinya dibangun pada tahun 1893 oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada saat itu, Belanda merasa senang dengan Teuku Umar atas kerja sama yang dilakukan kedua belah pihak.

 

Tiga tahun setelah rumah itu dibangun, Belanda membakarnya karena mengetahui Teuku Umar hanya memanfaatkan Belanda untuk mengumpulkan senjata. Senjata-senjata tersebut digunakan Teuku Umar untuk mengusir dan melawan penjajah dari Tanah Rencong.

 

"Jadi, setelah senjata terkumpul Teuku Umar melakukan perlawanan kepada Belanda," ujar Asiah.

 

Museum Cut Nyak Dhien sendiri kembali dibangun Pemerintah Indonesia pada tahun 1981 hingga 1982 dan resmi dibuka untuk umum pada tahun 1987. Rumah sekaligus markas Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar tersebut diresmikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ke-19 Fuad Hassan.

Kategori :