JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Kisah ini datang dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.
Namanya Fiki Malawa (20). Fiki sempat menelan pil pahit karena ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan usai bertarung dengan begal yang merampok dirinya dengan adik laki-lakinya.
Adapun pelaku begal yang meninggal itu bernama M Edo, Saat melakukan aksinya, Edo berdua dengan rekannya bernama Hardi.
Kasus ini terjadi pada 30 April 2024 lalu. Tepatnya di Jalan STUD Desa Taman Raja, Kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi, Kombes Pol Andri Ananta Yudhistira, saat konferensi pers pada Minggu (12/5) mengatakan, Fiki melakukan aksinya di hari naas itu karena ingin melindungi adiknya dan juga dirinya sendiri.
Berdasarkan hasil rekonstruksi pada 10 Mei 2024 sore, Fiki keluar dari rumahnya yang tak jauh dari Jembatan Pematang Tembesu.
Fiki keluar bersama adik kandungnya bernama Lipilitus Halawa mengendarai sepeda motor.
Tujuan mereka saat itu hendak ke PT Kausar untuk mengambil gaji Fiki.
"Setelah mengambil gaji, mereka berniat pulang ke rumah. Namun, mereka sebelum pulang mampir ke warung sate terlebih dahulu. Lalu, mereka melanjutkan perjalanan pulang," jelas Kombes Pol Andri.
Tersangka mengendarai sepeda motornya dengan menyusuri pinggir jalan atau melawan arus. Setibanya di Simpang PT STUD, keduanya diberhentikan oleh begal yaitu M Edo dan Hardi Al Akbar.
Lalu, M Edo memegang kepala motor Fiki, lantas Fiki bertanya mengapa memberhentikan dirinya dan ternyata Edo meminta uang.
Kemudian, Fiki mengatakan kepada Edo bahwa dirinya tidak mempunyai uang. Adik Fiki pun turun dari sepeda motor dan langsung berjalan menuju kearah depan sepeda motor.
Kemudian, Hardi langsung memukul Fiki dibagian kepala belakang sebanyak dua kali menggunakan tangan kanan, lalu mencekik Fiki dari arah belakang leher dan menarik Fiki hingga turun dari motornya.
"Bersamaan dengan itu, Edo langsung mendekati dan memeriksa celana bagian belakang dan depan lalu mengambil handphone milik Fiki dari kantong celana sebelah kanan," kata Andri.
Setelah berhasil mengambil handphone Fiki, kata Andri, Edo menyimpan handphone ke pinggang depan sebelah kanannya sedangkan Hardi masih memukuli Fiki.
Edo pun mendekati adik Fiki dan mencengkram kerah baju sembari memukuli kepala bagian atas, adik Fiki meminta ampun kepada Edo agar berhenti memukulinya. Tetapi Edo masih memukuli.
Mengetahui adiknya dipukuli, Fiki yang masih dipukuli mencoba mendekati adiknya sembari menarik baju Edo dan meminta agar adiknya jangan dipukuli. Edo lalu mengambil dan mengeluarkan senjata tajam dari pinggang sebelah kanannya.
Terhadap senjata tajam tersebut, Edo lalu mengayunkan senjata tajam kearah leher Fiki sebanyak 2 kali namun berhasil ditangkis.
Fiki menangkis pisau dengan tangan sehingga mengakibatkan telapak tangan kiri luka dan mengeluarkan darah. Kemudian Fiki menerjang perut Edo sehingga mundur lebih dari 2,5 meter menjauh dan jatuh terduduk di tanah.
Fiki langsung berlari menuju ke motornya untuk mengambil pisau di dalam jok. Setelah berhasil mengambil pisau yang masih bersarung, Fiki kembali mendekati Edo sembari mencabut pisau dari sarungnya.
Saat bersamaan Edo juga berlari mendekati Fiki, ketika mendekati Edo menggunakan tangan sebelah kanannya berusaha memukul Fiki. Sedangkan Fiki langsung menusukan pisau ke perut Edo.
Dari arah kanan, Hardi menendang Fiki kearah bagian punggung Fiki hingga maju terdorong ke depan satu langkah. Fiki memutar badan kearah Hardi sedangkan Hardi masih menyerang, Fiki mengayunkan pisau mengenai bagian rusuk sebelah kiri Hardi.
Adik Fiki berlari mendekati Fiki sembari membuang pisau yang ada ditangan kanan yang sudah tidak bergagang kearah rerumputan yang tak jauh dari lokasi kejadian tersebut.
Setelah Fiki dan adiknya meninggalkan lokasi kejadian menuju ke arah Jalan Lintas Pekan Baru, dengan posisi tangan kiri Fiki yang terluka.
Andri menjelaskan, setelah mendapatkan luka, Hardi meminta pertolongan warga sekitar sedangkan Fiki dan adiknya meninggalkan lokasi.
"Karena tidak sanggup mengangkat Edo, lalu Hardi berusaha meminta pertolongan kepada warga yang berada di warung pecel lele yang berjarak kurang lebih 5,28 meter. Namun tidak ada seorang warga pun yang menolong," terangnya.
Tak lama kemudian, saksi Kanser yang berboncengan dengan Lopo mengenali Edo dan Hardi, lalu turun dari motor langsung mendekati.
"Saat sudah berada diatas motor Kanser berkata kepada warga yang ramai di warung pecel lele "Nyawo ni woi !!" karena tidak ada yang menolong," ungkap Andri.
Selanjutnya, Edo dibawa menuju ke Klinik Keluarga Bertuah, sedangkan Hardi masih di lokasi seorang diri. Tidak lama kemudian paman Hardi membawanya langsung menuju ke Klinik Keluarga Bertuah.
Saat berada di dalam kamar klinik dengan posisi berbaring diatas kasur, Hardi langsung menyembunyikan handphone dibawah kasur klinik yang ditidurinya.
Namun, ketika subuh handphone berbunyi lalu ibu Hardi langsung mengambil handphone hasil begal itu untuk diserahkan kepada polisi.
Hingga kemudian, kasus ini dihentikan setelah dilakukan gelar perkara di Mapolda Jambi mendatang. (raf)
Bertarung dengan Begal Hingga si Begal Tewas, Warga Jambi Jadi Tersangka, Kini Sudah Bebas
Rabu 15-05-2024,21:01 WIB
Editor : Dona Piscesika
Kategori :