Allah SWT hanyalah satu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya dan maha kuasa atas segala sesuatu.
Nabi Ibrahim AS terus menyatakan kebenaran tauhidnya kepada ayahnya dan kaumnya.
Beliau menasehati mereka untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala – berhala yang tidak bisa mendengar, melihat atau bergerak.
Beliau juga menantang Raja Namrud untuk membuktikan kekuasaannya sebagai tuhan.
Namun ayah dan kaumnya tidak mau mendengarkan nasihat Nabi Ibrahim AS bahkan mengancamnya dengan kemarahan.
Kisah Nabi Ibrahim yang mencari Tuhan ini tertulis di Al-Qur'an Surat Al-An'am ayat 75-79.
"Demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin." (QS. Al-An'am:75).
"Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam"." (QS. Al-An'am:76).
Kemudian, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat"." (QS. Al-An'am:77).
"Kemudian, ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan"." (QS. Al-An'am:78).
"Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik." (QS. Al-An'am:79).
Meskipun mendapatkan banyak penolakan, Nabi Ibrahim AS terus menyebar luaskan dakwahnya.
Bahkan disatu ketika, Nabi Ibrahim AS mengetahui bahwa Raja Namrud beserta pengikutnya sedang pergi keluar untuk melaksanakan upacara keagamaan sehingga gedung tempat berhala menjadi sepi.
Nabi Ibrahim AS menghancurkan semua berhala dan menyisakan satu berhala paling besar dengan meletakkan kapak yang digunakannya pada leher berhala besar tersebut dalam keadaan menggantung.
Hal ini menjadikan Raja Namrud dan kaumnya sangat marah dan mempertanyakan siapa yang berani melakukan perbuatan tersebut.
“Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?”