JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Mungkin belum banyak yang tahu kalau Raja Inggris Charles Philip Arthur George memiliki hutan yang areanya tersebar di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan.
Dan rupanya, hutan milik Raja Charles III ini dipenuhi dengan 'harta karun' yang tersebar di kawasan seluas 101.000 hektar.
Bagaimana ceritanya seorang Raja Inggris bisa punya hutan di Jambi? Ternyata ini bermula dari tergerusnya tutupan hutan di dataran rendah Sumatera, akibat eksploitasi besar-besaran hutan produksi di Sumatera hingga tahun 1997.
Cukup mengerikan, dari 16 juta hektar hutan di Sumatera, pada tahun 2000an terus berkurang dan bersisa hanya 2,2 juta hektar, tanpa adanya upaya yang serius untuk mengembalikan kelestariannya.
Ini pula yang membuat Pangeran Charles berminat mengelola 101.000 hektar diantara hutan yang rusak itu, bersama konsorsium Birdlife.
Saat terlibat dalam pengelolaan hutan ini, Charles masih berstatus sebagai pangeran dalam kerajaan inggris.
Melalui serangkaian proses, hingga akhirnya tahun 2004 konsorsium Birdlife bulat mengelola eks hutan produksi tersebut.
Konsorsium Birdlife terdiri dari Burung Indonesia yaitu LSM di Indonesia yang bergerak dalam konservasi burung, The Royal Society for the Protection of Birds (RSPB) yaitu LSM di Inggris yang bergerak dalam konservasi burung dan Birdlife International sebuah organisasi kemitraan yang berpusat di Inggris dan bergerak dalam konservasi burung.
Semua kemudian memutuskan untuk mengembalikan kelestarian 101.000 hektar dan bernaung di bawah PT Restorasi Ekosistem Indonesia (PT REKI), lalu hutan itu dinamakan Hutan Harapan.
Keterlibatan Pangeran Charles sebagai salah satu sumber dana konsosium untuk Hutan Harapan, membuat masyarakat di Indonesia kemudian menyebutnya sebagai Hutan Pangeran Charles atau kini menjadi Hutan Raja Charles.
Sangat serius, baru saja mulai dikelola PT REKI, 2 November 2008 Pangeran Charles terbang ke Indonesia dan datang langsung ke Provinsi Jambi melihat dari dekat, masuk ke Hutan Harapan yang ia kelola.
Hutan Harapan secara administratif berada di Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Sarolangun di Provinsi Jambi dan Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumsel.
Deretan ‘harta karun’ berharga disebut-sebut terdapat di dalam hutan ini, beberapa pihak percaya, itu juga yang melatarbelakangi Raja Charles III tertarik ikut cawe-cawe langsung mengurus Hutan Harapan di Sumatera.
Berikut potensi ‘harta karun’ yang terdapat di Hutan Harapan
1.Flora dan Fauna
Hutan Harapan sangat kaya akan flora dan fauna. Hutan itu dihuni oleh 307 jenis burung dari 626 jenis burung di Sumatera.
Beragam burung, seperti rangkong, tiongemas (beo), raja udang, cucak kuning, hingga jenis elang dan merpati hutan, leluasa menjelajah dengan bebas di sela-sela tajuk pohon.
Tak hanya itu, terdapat pula 64 jenis mamalia, 123 jenis ikan, 55 jenis amfibi dan 71 jenis reptil hidup di dalamnya.
Di sini hidup hewan yang hampir punah seperti Harimau Sumatera, gajah asia, beruang madu, ungko, bangau storm, rangkong dan lainnya.
Di Hutan Harapan juga tumbuh 728 jenis pohon, termasuk pohon yang langka seperti jelutung, bulian, tembesu dan keruing.
Sebagian flora dan fauna yang tumbuh dan hidup di sini bahkan tidak ditemukan di hutan lainnya di Indonesia bahkan di dunia. Sebagian juga sudah sangat langka dan terancam punah.
2. Cadangan Karbon Bernilai Triliunan
Cadangan karbon di dalam Hutan Harapan diperkirakan mencapai 35 juta ton, hal ini pernah disampaikan Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Rudi Syaf kepada media beberapa waktu lalu.
Bisa dibayangkan, jika nilai karbon itu bernilai USD 6 per ton, maka cadangan karbon di Hutan Harapan bisa mencapai USD 210 Juta atau setara Rp 3,3 Triliun.
Rencana penerapan perdagangan karbon di Indonesia memang jadi jadi peluang usaha. Nilai perdagangan karbon bisa berasal dari sejumlah faktor, antara lain kegiatan menanam kembali hutan yang gundul , lalu penggunaan energi baru terbarukan (EBT), peralatan rumah tangga, sampai pembuangan limbah.
Meski demikian, hingga saat ini memang belum pernah dirilis terkait data pasti berapa cadangan karbon oleh pihak Hutan Harapan Sumatera.
3. Sumber Air
Hutan Harapan adalah sumber air dan juga areal resapan air (water catchment area) yang sangat penting bagi masyarakat Jambi dan Sumsel.
Beberapa sungai menjadi sumber kehidupan dari kawasan Hutan Harapan. Diantaranya Sungai Batang Kapas dan Sungai Meranti adalah hulu Sungai Musi yang mengalir melalui Sungai Batanghari Leko.
Sungai ini menjadi sumber kehidupan utama masyarakat Sumsel untuk berbagai aktivitas kehidupan, baik untuk air bersih, perikanan, pertanian, perkebunan dan untuk sarana transportasi.
Sungai lainnya ada juga Sungai Lalan yang memberi kehidupan untuk masyarakat Bayung Lencir dan sekitarnya.
Juga ada Sungai Kandang yang juga berhulu di Hutan Harapan merupakan sumber air penting bagi masyarakat di sekitar Sungai Bahar, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi.
Pada musim kemarau biasanya sungai-sungai yang berhulu di Hutan Harapan tetap mampu menangkap dan menyuplai air bagi masyarakat Sumsel dan Jambi.
4. Pusat Riset, Inovasi, Dan Konservasi
Hutan Harapan telah menjadi lokasi research excellence bagi peneliti maupun mahasiswa baik dalam dan luar negeri.
Pihak Hutan Harapan sendiri telah melakukan riset kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga baik nasional maupun internasional.
Selain itu juga mendampingi peneliti-peneliti dari berbagai lembaga, dengan tema penelitian burung, mamalia, amfibi, ikan, vegetasi, dan sosial.
Kemudian di sini juga dilakukan konservasi habitat baik untuk flora dan fauna.
Kegiatan konservasi habitat diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah populasi flora maupun fauna khususnya yang menjadi spesies kunci yaitu harimau Sumatera, gajah Sumatera, Rangkong, bulian dan meranti.
Salah satu kegiatan penunjang untuk mencapai tujuan di atas adalah kegiatan riset dan monitoring, konservasi keanekaragaman hayati, dan pengembangan inovasi dan usaha.
5. Spot Wisata Alam
Hutan Harapan mengembangkan eko wisata. Di Hutan Harapan pengunjung dapat menikmati wisata alam liar.
Wisatawan akan diajak menjelajah masuk hingga ke dalam Hutan Harapan, melewati bekas jalan logging yang di kiri-kanan bertemu rimbunya pepohonan dan tutupan hutan yang sudah bagus.
Ada beberapa paket wisata alam liar (wildlife tourism) dan budaya yang ditawarkan. Di sini pengunjung bisa merasakan sensasi birdwatching di Hutan Harapan atau melihat langsung aktivitas burung-burung di Hutan Harapan.
6. Kehidupan Masyarakat Adat Batin Sembilan
Batin Sembilan merupakan sekelompok masyarakat adat yang hidup di hutan dataran rendah Pulau Sumatera.
Mereka hidup dan beraktivitas di kawasan hutan sekitar wilayah Jambi dan Sumatera Selatan sejak sejak abad ke 7 pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Pada zaman dulu, Batin Sembilan hidup menyebar di dalam hutan dan memetik hasil hutan lalu diperdagangkan oleh Kerajaan Sriwijaya melalui Selat Malaka.
Kelompok masyarakat adat Batin Sembilan yang tinggal di Hutan Harapan ada sekitar 300 KK.
Saat ini mereka hidup di alam bebas yang memiliki kearifan sendiri dalam mengelola hutan.
Mereka memanfaatkan Hutan Harapan dengan mengambil hasil hutan bukan kayu, seperti rotan, jerenang, madu sialang, getah jelutung, damar, serta tanaman obat-obatan.
Manajemen Hutan Harapan juga mencoba memberi perhatian khusus kepada Suku Batin Sembilan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan seperti penyedian kesehatan dasar, pendidikan dasar bagi anak-anak usia sekolah, penyaluran dan pembinaan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, penyediaan air bersih, pemukiman dan penerangan listrik.
Demikianlah berbagai potensi atau 'harta karun' yang terdapat di Hutan Harapan. (*)
Sebagian sumber artikel juga mengutip dari situs resmi www.hutanharapan.id