JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Pada zaman dahulu, negeri Jambi mulai memiliki banyak rakyat. Kampung-kampung mulai tersebar di banyak tempat.
Lalu kemudian beberapa pemimpin kampung sepakat: sudah saatnya Jambi memiliki seorang raja.
Para pemimpin kampung itu pun kemudian memutuskan untuk berdoa di rumah masing-masing, meminta petunjuk tentang syarat dan ciri-ciri sosok raja yang nantinya bisa membawa Jambi sebagai negeri yang kuat dan makmur.
Setelah berdoa dan dapat petunjuk, kemudian mereka pun berkumpul kembali. Lalu dibuat kesimpulan bahwa sosok raja negeri Jambi adalah sebagai berikut:
Harus mampu direndam dengan air selama 3 hari 3 malam, harus tahan dibakar dengan api serta harus tahan ditebus dengan besi.
Lalu pemimpin kampung pun sepakat membuka sayembara, mengajak semua orang yang ada di penjuru negeri Jambi untuk mendaftar jadi raja.
Namun sayang, sudah satu tahun lamanya, tak ada juga ada orang yang lolos melewati ujian berat menjadi Raja Jambi.
Hingga akhirnya diputuskan, Raja Jambi harus dicari di negeri yang jauh, menyeberangi lautan.
Lalu berangkatlah utusan untuk mengarungi sungai dan lautan mencari sosok Raja Jambi.
Hingga kemudian sampailah mereka di negeri India. Di negeri itu banyak penduduk yang berkulit gelap, hidung mancung dan badannya tinggi.
Sesampai di India lalu para utusan mulai mengumumkan di penjuru negeri India bahwa mereka sedang mencari sosok raja dengan ciri-ciri seperti yang sudah ditentukan.
Lelah berkeliling, tak ada juga yang mendaftar, lalu di hari ke 360, tiba-tiba ada sosok pria yang tinggi dan gagah, berminat mendaftar dan mengikuti ujian untuk menjadi Raja Jambi.
Saat direndam tiga hari tiga malam ia kuat, saat dibakar api panas ia juga kuat, bahkan saat tubuhnya ditebus dengan besi, ia juga tahan banting.
Para utusan Jambi pun gembira, akhirnya mereka menemukan sosok calon Raja Jambi di negeri India, lalu mereka memberi gelar sang raja dengan sebutan Raja Keling.
Raja Keling kemudian berjanji, jika ia sampai di Jambi nanti, ia akan menjadi pemimpin yang baik, bijaksana dan akan membawa rakyat Jambi menjadi sejahtera dan kaya raya.
Perjalanan kemudian dilakukan untuk kembali ke negeri Jambi, dari lautan luas lalu kemudian rombongan ini berlayar menyusuri sebuah sungai yang sangat besar dan panjang.
Saat menyusuri sungai yang panjang itu Raja Keling pun bertanya: “Panjang sekali sungai ini, sungai apa namanya ini?,” ujarnya.
Salah satu utusan dari Jambi menjawab. “Kami pun belum tahu namanya ini sungai apa tuanku, jika berkenan, tolong tuanku buat namanya, anggap saja, ini adalah tugas pertama tuan raja,” jawab sang utusan.
Setelah lama terdiam, Raja Keling lalu menjawab. “Baiklah, besok akan aku beri nama sungai ini setelah kita sampai di negeri Jambi, aku ingin tahu dulu, sepanjang apa sungai ini nanti hingga sampai ke negeri Jambi,” lanjutnya.
Rombongan pun kemudian sampai juga di Jambi. Rakyat Jambi kemudian berkumpul ingin melihat Raja Keling yang akan memimpin mereka nanti.
Setelah istirahat semalam, sang raja kemudian memberi kata sambutan pertamanya di hadapan rakyat Jambi.
“Tugas pertamaku di negeri ini adalah memberi nama sungai yang kami tempuh kemarin, aku melihat sungai itu sangat panjang, mulai hari ini, sungai itu kita beri nama Kepetangan Hari.” tegas raja.
Diberi nama Sungai Kepetangan Hari karena mereka sampai di negeri Jambi pas saat hari sudah petang dan senja.
BACA JUGA:Legenda Asal Usul Danau Sipin, Kedatangan Cik Upik dari Ranah Minang dan Seekor Naga
BACA JUGA:Legenda Asal Usul Danau Sipin, Kedatangan Cik Upik dari Ranah Minang dan Seekor Naga
Semua rakyat Jambi pun setuju, sejak saat itu mereka mulai menyebut nama sungai itu sebagai Sungai Kepetangan Hari.
Berbagai aktivitas pun berpusat pada sungai itu, mulai dari perdagangan barang-barang hingga mencari ikan, mencari emas dan banyak aktivitas lainnya.
Sejak dipimpin Raja Keling, negeri Jambi pun menjadi negeri yang makmur dan tersohor.
Hanya saja, raja masih terus berpikir soal nama sungai yang ia namakan Kepetangan Hari. Ia berniat ingin mengubah namanya menjadi berbeda agar semakin berkah untuk rakyat jambi.
Lalu raja mengumpulkan lagi semua rakyat Jambi di sebuah tanah lapang tepat di pinggir sungai.
Dalam petuahnya, sang raja lalu berkata. “Aku melihat sungai Kepetangan Hari ini telah memberi kehidupan yang baik untuk rakyat Jambi, jadi mulai hari ini, aku putuskan namanya berubah menjadi Sungai Batanghari,” ujar Raja.
Nama baru Sungai Batanghari ini kata raja, diharapkan bisa membawa berkah lebih besar lagi untuk rakyat Jambi.
Sejak saat itu, ia juga melarang rakyat mengotori Sungai Batanghari, tidak boleh membuang sampah, dan tidak boleh menebang pohon di sekitar pinggir sungai agar airnya tetap jernih.
BACA JUGA:Cerita Asal Usul Angso Duo Jambi Berawal dari Hadiah Pernikahan
BACA JUGA:Cerita Rakyat Jambi Tentang Manusia Kelingking, Tuan Putri dan Pemuda Tampan
Semua rakyat pun sepakat, mengikuti perintah Raja Keling, karena mereka percaya, apapun perintah Raja Keling selalu membawa kebaikan.
Hingga akhirnya, nama Sungai Batanghari terus digunakan oleh masyarakat Jambi, sebagai nama sungai yang selalu memberi berkah dan kebaikan untuk semua rakyat Jambi. (***)
Sumber: Dirangkum dari cerita mulut ke mulut masyarakat Jambi