JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Jalur kemitraan yang melibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit mampu mempercepat program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Melalui cara ini, para petani dapat bekerja sama dengan perusahaan mitra dalam penyediaan bibit, penanaman kembali (replanting), serta pendampingan budi daya. Program PSR yang berlangsung di berbagai daerah di Indonesia bertujuan meningkatkan volume maupun kualitas produksi tandan buah segar (TBS) sawit para petani.
Salah satu program PSR jalur kemitraan dilakukan oleh PT Buana Wiralestari Mas, grup Sinar Mas Agribusiness and Food yang berlokasi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, terhadap para petani yang tergabung dalam Koperasi Berkat Ridho Mitra.
Program PSR jalur kemitraan grup Sinar Mas Agribusiness and Food--
Penanaman perdana dilakukan bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada Senin (18/9), dan dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian.
Menurut pemaparan Feredy selaku CEO Sinar Mas Agribusiness and Food wilayah Riau, pihaknya menyelenggarakan program PSR pola kemitraan strategis atau inclusive closed loop model untuk membuka peluang para petani berkembang lebih jauh.
“Kami mendukung para petani mitra dari tahap pengumpulan dokumen, pengajuan program PSR, verifikasi oleh surveyor, hingga proses pencairan dana. Kami juga menyediakan bibit berkualitas, membantu persiapan lahan, serta melakukan transfer pengetahuan good agricultural practice atau cara budi daya yang baik,” ujarnya.
Feredy memaparkan, Sinar Mas Agribusiness and Food telah terlibat aktif dalam percepatan PSR bersama para petani swadaya sejak tahun 2014. Total lahan PSR di Riau yang dikelola langsung perusahaan saat ini sekitar 4.200 hektare, melibatkan 1.880 petani.
Perusahaan juga menjalin kemitraan dengan lebih dari 16.300 petani dengan total luas lahan 32.700 hektare. Pada tahun 2023, perusahaan menargetkan program PSR seluas 3.884 hektare.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian, Andi Nur Alam Syah, menyambut baik jalur kemitraan dalam program PSR. Menurutnya, cara ini dapat mempercepat pencapaian target PSR.
“Untuk Riau sudah diberikan target PSR sekitar 10 ribu hektare, baik itu melalui jalur kemitraan bersama dengan perusahaan negara maupun swasta, kemudian melalui jalur Dinas Perkebunan,” ujarnya.
Dirjen juga menjelaskan, sebanyak 42 persen perkebunan sawit di Indonesia dikelola oleh para petani swadaya. Namun, produktivitas yang rendah dapat menjadi ancaman industri sawit di masa yang akan datang. Oleh karena itulah program PSR perlu lebih digencarkan secara lebih luas untuk meningkatkan produktivitas.
“Saya berharap, perusahaan-perusahaan kelapa sawit bisa memberikan transfer teknologi, pengetahuan budi daya, akses pasar, dan pemetaan kepada para petani binaannya,” harap Andi.
Salah satu mitra Sinar Mas Agribusiness and Food yang telah merasakan manfaat dari program PSR adalah Koperasi Berkat Ridho Bersama. Hasil panen TBS koperasi yang semula berkisar 10 ton per hektare per tahun, meningkat dua kali lipat menjadi 23,43 ton per hektare per tahun pada rata-rata usia tanaman 6 tahun. Bahkan, pada usia tanaman 10-20 tahun, potensi produksi dapat mencapai 30 ton per hektare per tahun. Pencapaian tersebut berpengaruh pada keuntungan hasil produksi.
Ketua Koperasi Berkat Ridho Bersama, H. Misdan, mengatakan PSR jalur kemitraan yang dijalin bersama Sinar Mas Agribusiness and Food sangat membantu koperasinya untuk terus berkembang. “Produktivitas lahan petani yang tergabung dalam program PSR jalur kemitraan ini semakin membaik. Dulu cara pengelolaan lahan kami tak memenuhi standar agronomi sehingga hasil produksinya pun rendah,” ujarnya.