JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID-Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi mencatat Kabupaten Tanjungjabung Barat (Tanjabbar) merupakan wilayah dengan titik panas terbanyak yaitu sebesar 251 titik, diikuti Kabupaten Sarolangun dan Merangin dengan masing-masing 78 titik panas dan 76 titik panas.
"Kami mencatat dari awal Januari hingga 10 Juli 2023, titik panas terpantau sebanyak 545 hotspot dimana ada ratusan titik tersebut tersebar di Kabupaten dalam Provinsi Jambi yang terbanyak Tanjabbar yang merupakan daerah rawan karhutla," kata Kepala BMKG Provinsi Jambi Ibnu Sulistiyo, di Jambi, Rabu.
Berdasarkan pantauan melalui satelit sensor modis Satelit Terra-Aqua sejak awal 2023 di Provinsi Jambi, titik panas lainnya juga terdeteksi berada di Kabupaten Batanghari sebanyak 38 titik panas, disusul Bungo 29 titik panas dan Kerinci empat titik panas .
Selain itu, titik panas ikut terdeteksi di Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 17 titik panas, Tanjungjabung Timur 14 titik panas dan Tebo 38 titik panas. Sedangkan di Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh tidak terdeteksi adanya titik panas.
Sementara itu, untuk curah hujan dari akhir Juni hingga akhir Juli 2023, diperkirakan mulai melandai seiring dengan awal musim kemarau. Namun potensi terjadinya hujan dalam beberapa hari terakhir di provinsi Jambi masih akan terjadi.
"Indikator penyebab faktor global yaitu adanya El Nino atau La Nina. Namun ada juga secara regional lokal, sehingga secara lokal memicu adanya curah hujan di Jambi," kata Ibnu.
BMKG ikut memperkirakan curah hujan tertinggi hampir merata di wilayah kota Jambi dan wilayah sekitar Muaro Jambi. Meski demikian terdapat beberapa lokasi seperti Kabupaten Sarolangun yang hingga Juli ini masih mendapatkan curah hujan dengan kategori menengah, normal dan di atas normal.
Kawasan TNBS Rawan Terjadi Karhutla
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi ancaman bagi kawasan Taman Nasional Berbak Sembilang (TNBS). Pasalnya, saat musim kemarau kawasan TNBS menjadi salah satu titik di Kabupaten Tanjabtim yang rawan terjadi kebakaran hutan.
Sehingga flora dan fauna akan terancam keberadaanya di saat terjadi kebakaran hutan dan lahan. Sebab, TNBS adalah salah satu dari Tiga taman nasional yang berstatus hutan lindung yang ada di Provinsi Jambi.
Menyikapi hal tersebut, Kepala BPBD Kabupaten Tanjabtim, Helmi Agustinus mengatakan, bahwa luas wilayah kawasan hutan di Kabupaten Tanjabtim mencapai 203.201 hektare. Dari data tersebut, TNBS memiliki wilayah yang paling luas sekitar 116.605 hektare atau 57,18 persen.
"Berdasarkan catatan, laju kebakaran di TNBS cukup luas pada tahun 2015 atau 2019," katanya.
Dijelaskannya, melalui citra satelit landsat 2015, kebakaran hutan di TNBS mencapai 23.747 hektare. Sedangkan di tahun 2019 seluas 17.470 hektare yang terbakar. Dimana kala itu, pemadaman karhutla gambut di taman nasional yang berbatasan dengan wilayah Sumatera Selatan sulit dilakukan.
"Karena saat itu lokasi titik kebakaran jauh didalam hutan dan sulit dijangkau," jelasnya.
Selain flora dan fauna yang terancam perkembangannya, kawasan TNBS yang merupakan vegetasi gambut atau memiliki topologi gambut yang ditumbuhi tanaman mangrove juga terancam.