JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Selamat Hari Bhayangkara! Tapi tahukan anda, ternyata di republik ini ada dua sosok kapolri yang dikenang banyak orang. Pertama Kapolri paling miskin dan kedua Kapolri paling galak.
Keduanya punya cerita masing-masing, Kapolri paling miskin RI ternyata tak mampu punya rumah hingga akhir hayatnya, sedangkan kapolri paling galak pernah mengancam potong kepala anak buahnya.
Kita bahas dulu tentang Kapolri paling miskin. Namanya Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Soekanto diangkat sebagai Kapolri pertama Indonesia oleh Presiden Soekarno pada 27 September 1945.
Saat menjadi Kapolri usianya masih sangat muda, sekitar 37 tahun. Tugas pertamanya adalah merebut sekolah polisi dari tangan Jepang.
Berhasil dengan tugas ini, Soekanto kemudian berhasil membangun fondasi bagi dunia kepolisian RI. Soekanto mati-matian menjaga lembaga Kepolisian.
Soekanto juga sosok Kapolri yang berani, dua kali ia membuat dan menyebarkan memo kepada anak buahnya agar tidak terlibat dunia politik.
Menjabat sebagai Kapolri terlama yaitu 14 tahun, tak membuat Soekanto kaya raya.
Jangankan rumah, motor dan mobil mewah, Soekanto hingga memasuki akhir jabatannya, bahkan tak punya rumah pribadi.
Dicopot Soekarno tahun 1959, ia keluar dari rumah dinas yang menaunginya, pindah ke sebuah rumah kontrakan.
Tak ada satu pun benda yang ada di rumah dinas itu yang ia bawa. Mantan anak buah Soekanto bernama H.A.Koesnoro mengatakan ia pindah ke kontrakan yang atapnya bocor, pagarnya rusak dan sisi depan rumah yang jelek. “Tapi ia tak pernah mengeluh,” lanjutnya lagi.
Ketika Awaluddin Djamin menjadi Kapolri, Soekanto dipinjamkan rumah dinas yang lebih layak.
Hingga tutup usia, Soekanto masih tak punya rumah pribadi.
Soekanto memang tak mewariskan harta benda apapun. Namun Soekanto telah meninggalkan warisan paling mahal bagi bangsa Indonesia, yaitu lembaga kepolisian yang ia bangun dari dasar, hingga menjadi Polri seperti hari ini.
Lantas siapakah Kapolri paling galak yang dimiliki RI? Ternyata dia adalah Listyo Sigit Prabowo. Listyo Sigit disebut-sebut sebagai Kapolri paling galak yang pernah ada di Indonesia.
Adalah Direktur Eksekutif Lemkapi Edi Saputra yang memberi gelar Listyo sebagai Kapolri paling galak karena banyak keputusan tegas dan kebijakan keras yang ia terapkan di internal Polri.
Listyo Sigit pernah dengan tegas mengancam anak buahnya, mengatakan bahwa ia akan potong kepala anak buahnya.
Listyo Sigit pernah mengumpamakan dalam sebuah pepatah, bahwa ikan busuk mulai dari kepala. “Kalau pimpinannya bermasalah, bawahannya juga akan bermasalah,” tegas Listyo Sigit.
Katanya pimpinan wajib memberi contoh yang baik untuk anak buahnya, bukan hanya teori, ini kata Listyo Sigit wajib diimplementasikan dalam tubuh polri.
“Kalau tak mampu membersihkan ekor, kepalanya akan saya potong,” lanjut Listyo Sigit.
Selain itu, Sigit Listro juga membuktikan komitmennya bersih-bersih di tubuh Polri saat anak buahnya Ferdy Sambo tersangkut masalah pembunuhan berencana terhadap ajudannya, Yosua Hutabarat.
Ketika itu, di tangan komando Listyo Sigit, kasus Ferdy Sambo jadi terang benderang, kebohongan Ferdy Sambo terkuak, alibi nya mengelak dari jeratan hukum terpatahkan. Sigit juga tak segan mencopot Ferdy Sambo.
Selain itu, Listyo Sigit juga dengan tegas menolak penjelasan Teddy Minahasa, salah satu anak buah kesayangannya, terkait kasus pencurian barang bukti narkoba di Polres Bukit Tinggi.
Sigit sempat menolak keinginan Teddy untuk menghadap ketika ingin menjelaskan soal kasus yang Teddy hadapi.
Konon Listyo Sigit, tak mau ditemui karena tak ingin dibohongi lagi, seperti Ferdy Sambo pernah membohonginya, mengaku tidak bersalah, ternyata terbukti salah, divonis hukum mati kemudian hari.
Kemudian Sigit memecat Teddy Minahasa lalu proses hukum terhadap Teddy semakin mudah. Terakhir Teddy dituntut hukuman mati oleh jaksa penuntut umum.
Kemudian terakhir, Listyo Sigit juga tak segan memecat secara tidak hormat anak buahnya Achiruddin Hasibuan.
Pasca putranya dilaporkan telah menganiaya mahasiswa, dosa-dosa Achiruddin Hasibuan lau terbongkar, mulai dari digaan membiarkan kekerasan terjadi di depannya, terlibat bisnis minyak ilegal dan diduga memiliki harta tak wajar (kaya).
Beberapa kasus yang menyangkut anak buahnya di tubuh Polri, telah ditindak lanjuti dengan serius oleh Listyo Sigit. (dpc)