JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Pusat Kajian Konservasi dan Sumberdaya Hayati UIN STS Jambi, Rabu (21/6) menggelar seminar nasional dengan tema Invasive Alien Species (IAS) yang diselenggarakan secara virtual melalui zoom meeting. Menggandeng narasumber dari BRIN Pusat Riset Ekologi dan Etnobotnai, Dwinda Mariska Putri, S.Si., M.Sc, kegiatan ini diikuti 172 peserta.
Ketua Pusat Kajian Konservasi dan Sumberdaya Hayati, Bayu Kurniawan, M.Sc., memaparkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara megabidoversitas yang paling tinggi di dunia. Namun juga dikenal sebagai salah satu Negara dengan tingkat kehilangan keanekaragaman hayati yang tinggi.
"Salah satu penyebab hilangnya bidoversitas di Indonesia yaitu adanya Invasive Alien Species. IAS dapat diartikan sebagai spesies introduksi dan atau spesies yang penyebarannya di luar tempat penyebaran alaminya yang dapat mengganggu atau mencancam keanekaragaman hayati spesies asli pada suatu habitat tertentu," jelas Bayu Kurniawan, M.Sc.
Ditambahkannya, kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap masyarakat mengenai dampak serius dari berbagai jenis flora maupun fauna yang termasuk dalam kategori Invasive Alien Species. Dimana masyarakat dapat berperan serta masyarakat sangat penting untuk mengidentifikasi sejak dini agar mampu membedakan jenis flora atau fauna yang masuk kedalam kategori invasive alien species agar tidak merusak ekosistem lebih jauh lagi.
Dimana Dikutip dari PermenLHK No. P.94 tahun 2016 jenis flora dan fauna yang termasuk jenis invasif yang sudah ada di Indonesia sebanyak 187 spesies.
Dwinda Mariska Putri, S.Si., M.Sc., pada seminar nasional ini menyampaikan bahwa suatu spesies introduksi akan menjadi spesies invasice setelah melewati 5 tahapan, yang pertama Transport, pada bagian transport suatu spesies dibawa ketempat yang baru terdapat tiga alasan yaitu perdagangan karena memiliki nilai ekonomi, stabilitas pangan, dan manipulasi ekosistem. Kedua yaitu Introduksi, spesies yang sudah dibawa (introduksi) ditanam pada lokasi baru. Ketiga yaitu Establishment, establishment merupakan spesies yang ditanaman pada habitat baru telah menghasilkan anakan (misalnya jika tumbuhan akan menghasilkan biji, seedling, dll). Keempat yaitu Spreading atau distribusi. Pada tahapan spreading spesies yang ditanaman pada habitat baru telah mencapai tahan terhadap kondisi iklim baru atau sudah mampu beradaptasi dan menyebar keseluruh habitat. Kelima yaitu Impacts, ini merupakan tahap akhir yaitu memiliki dampak terhadap kerusakan ekosistem. Pada tahapan ini harus ada upaya eradiksi utuk mengatahi dapat kerusakan pada ekosistem.
"Mengapa IAS perlu dikendalikan? IAS merupakan ancaram utama terhadap penurunan keanekaragaman hayati lokal, dan merupakan ancaman konstan penyebab penurunan atau menghilangkan spesies asli atau endemic dan mengancam fungsi ekologis," jelas Dwinda Mariska Putri, S.Si., M.Sc.
Kegiatan ini diikuti oleh 59 Intansi/Pemerintahan yaitu :
1 ITERA
2 Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika
3 BSIP Lahan Rawa
4 Dinas Komidag Kabupaten Trenggalek
5 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek
6 DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RIAU
7 Dinas lingkungan hidup kab.lumajang jatim