JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Saat kunjungannya ke Jambi 15 Mei 2023 lalu Presiden Jokowi berjanji Tol Jambi akan rampung tahun 2024 mendatang.
Merujuk pada janji Presiden Jokowi ini, PUPR mendesak Hutama Karya (HK) selaku pengembang tol Jambi untuk mencari cara cepat mengatasi permasalahan tanah lunak yang ditemukan di ruas Tol Jambi-Betung seksi Mestong-Bayung Lencir. Cara cepat yang dimaksud adalah pekerjaan bisa dilaksanakan cepat dan tepat waktu namun mutunya harus tetap terjamin sesuai dengan kualitas yang ditetapkan. Demikian disampaikan Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Jambi Kementerian PUPR Ibnu Kurniawan kepada Jambi Ekspres baru-baru ini. Kata Ibnu, ruas Tol Jambi seksi Mestong-Bayung Lencir sepanjang 15 kilometer memang menghadapi satu permasalahan di lapangan, yaitu terdapat 3,3 kilometer diantaranya kondisi tanah lunak. HK kata Ibnu diminta menerapkan metode khusus agar mutu jalan tol yang dihasilkan nanti tetap baik dan yang terpenting tetap bisa rampung sesuai janji presiden kepada masyarakat Jambi yaitu tahun depan. “Rencananya kita akan mencari konstruksi lain agar lebih cepat selesai dan tepat waktu sesuai arahan presiden,” tegas Ibnu lagi. Sebenarnya untuk urusan tanah lunak dalam pekerjaan proyek Jalan Tol Trans Sumatera sudah sering ditemukan dan sudah berpengalaman ditangani Hutama Karya. Daerah tetangga Jambi yaitu di tol Indralaya-Prabumulih juga mengalami kasus tanah lunak. Direktur Operasi III Hutama Karya Infrastruktur, Selo Tjahjono dalam keterangan resminya mengatakan, pada lokasi-lokasi tanah lunak, proses konstruksi Tol Indralaya-Prabumulih menerapkan Prefabricated Vertical Drain (PVD) dan Preloading sebagai treatment. PVD merupakan salah satu bahan geosintetik yang berbentuk pita terdiri dari inti (core) dan selimut (jacket) yang dipasang secara vertikal dan berfungsi sebagai penyalur air dari bawah ke atas (vertikal). Sedangkan preloading adalah salah satu jenis penanganan tanah lunak dengan cara memberikan beban berupa timbunan surcharge yang berfungsi sebagai pengganti beban perkerasan dan lalu lintas selama proses konsolidasi. Adapun inovasi yang diterapkan dalam proyek ini yakni penggunaan geofoam pada oprit jembatan. Penggunaan geofoam bertujuan untuk menggantikan material timbunan di belakang oprit yang berat. Geofoam merupakan salah satu material geosintetik yang terbuat dari polimer Expanded Polystyrene dan Xtruded Polystyrene (XPS) yang mempunyai properti berat jenis yang lebih rendah dibandingkan material granular atau tanah. “Dengan penggunaan geofoam, diharapkan meminimalisir penurunan oprit selama masa pelayanan jalan. Selain itu, keunggulan geofoam yakni mudah diaplikasikan, mutu yang mudah dikontrol, dan tidak terkendala dengan cuaca,” ujar Selo Tjahjono. (dpc)