Oleh: Lili Andriani, M.Si, apt. Yulianis,M.Farm dan Lioni Regina Pradipta Program Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi
JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID- Penyakit Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan salah satu masalah penyakit yang ada di negara maju dan berkembang. Menurut World Health Organization, (2016) kasus ISPA merupakan salah satu kasus kematian terbanyak di seluruh dunia sebanyak 18,8 miliar dan kematian sebanyak 4 juta orang per tahun.
Pada tahun 2015 kasus ISPA menepati urutan pertama sebanyak 25.000 jiwa se-Asia Tenggara, dan pada tahun 2018 berdasarkan hasil Riskesdas Kemenkes RI, (2018) prevalensi ISPA di Indonesia sebesar 9,3%.Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2020, menunjukan bahwa angka kejadian infeksi saluran napas atas berada pada urutan ke-3 pada 10 pola penyakit terbanyak di Puskesmas Provinsi Jambi dengan persentase 13,50%.
"Salah satu bakteri penyebab infeksi saluran napas atas adalah Streptococcus pyogenes. Pengobatan ISPA dapat menggunakan antibiotik amoxicillin namun penggunaan yang tidak rasional dapat mengakibatkan resistensi antibiotik.penggunaan obat herbal memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat kimia. Tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat herbal diantaranya adalah Bajakah Merah (Spatholobus littoralis Hassk, red.)," kata Lioni Regina Pradipta Program Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi Sabtu (7/5).
Secara tradisional digunakan oleh masyarakat Kalimantan sebagai obat diare, sakit perut, disentri, dan penyembuhan luka. Bajakah merah juga digunakan sebagai antivirus pada masa pandemi Covid-19 di Indonesia. Kandungan metabolit sekunder bajakah merah seperti alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan fenol. Dengan adanya kandungan metabolit sekunder ini bajakah merah diduga memiliki aktivitas antibakteri.
Dari hasil yang dilakukan di Laboratorium Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi dapat disimpulkan bahwa uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram dengan konsentrasi 30%, 40% dan 50% dan uji aktivitas pada fraksi dengan konsentrasi 50% dengan rata-rata zona hambat sebesar 11,66 mm, 12,31 mm dan 12,88 mm.
"Pada uji aktivitas fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi butanol dan fraksi sisa dengan konsentrasi 50% rata-rata zona hambat 15,73 mm, 17,38 mm, 16,18 mm, dan 14,70 mm. Hasil uji statistik ekstrak dan fraksi menggunakan uji One Way Anova ekstrak dan fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi butanol dan fraksi sisa bajakah merah berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri Streptococcus pyogenes," tandasnya. (*)