“Udah – udah! Balik ke topik awal!” Ujar Bu Rania. “Jadi kenapa ada yang kasus yang seperti digambarkan Ucup? Pertama..Ibu benahi dulu ya, yang namanya cantik dan tampan itu relatif. Bagi cowo ganteng itu yang bajunya klimis, rambutnya on top bergel, apa lagi? Tapi bagi cewe…ganteng itu nggak melulu soal itu, ada yang karena sifatnya eh akhirnya lama – lama dipandang jadi ganteng.”
“Nah, poin utamanya, kenapa bisa jatuh cinta?” Bu Rania guru favorit Aresa, bahasanya lugas dalam bicara, punya pandangan yang unik, dan penjelasan yang rinci soalnya tanda tanya. “Kalo menurut Merriam Webster, cinta itu diartikan sebagai kasih sayang yang bangkit dari hubungan kekerabatan atau ikatan pribadi. Bisa kita bilang cinta itu jaminan kasih sayang, dan jangkauannya luas, bukan cuma soal kekasih, ada cinta orangtua, ada cinta teman. Kapan cinta itu dicari? Kala manusia kebutuhan pertama dan keduanya telah terpenuhi. Pertama, kebutuhan seperti makannya sudah cukup. Kedua, rasa aman. Manusia itu jelas mencari rasa aman dulu, baru kemudian cinta. Itu kenapa muncul istilah cinta itu cari yang merasa aman dan nyaman.” Jelas Bu Rania panjang lebar, penjelasan itu masih terus berlanjut dengan bombardir pertanyaan dari berbagai siswa. Tipikal remaja SMA, terkait apa saja yang namanya dimabuk asrama, semuanya semangat empatlima.
“Sa,” Bisik Azer pelan, ia mengedipkan sebelah matanya menggoda, kemudia mengacak rambutnya. Yang dipadangan Aresa dengan tatapan bertanya seolah ‘nih bocah satu kumat apa lagi?’
“Lo nggak mau mepertimbangkan apa yang dibilang Bu Rania?” Azer berbisik pelan, “Yang mana?” Tanya Aresa bingung.
“Cinta itu jaminan kasih sayang yang dibangun dari hubungan kekerabatan dan ikatan pribadi. Kita udah punya ikatan pribadi apa nggak mau diperjelas jadi cinta?” Azer menaikkan alisnya bergantian, sedang Aresa memutar bola malas. Aresa menyuruh Azer untuk mendekat, berbisik tepat di telinganya.
“Jigong lo aja masih bau pete nggak usah ngomong soal cinta, noh mtk 2x + y = 0 aja masih remed. Sok ngide ngajak menjalin ikatan pribadi yang diperjelas jadi cinta. Heleh, tai kucing!” Balas Aresa pedas.
Azer memegang dadanya tersakiti dengan dramatis, “Tega bener jawaban lu,” Balas Azer mencubit tangan Aresa kecil. “Jadi seandainya beneren ada yang mau, lo bakal yang gimana?” Tanya Azer lagi, pernah dengar ungkapan perasaan yang dibungkus canda, hari ini Azer masih bercanda, soalnya mereka ini yang namanya cinta dan perihal soal asmara tabunya luar biasa.
“Yang…mirip Arjuna bisa jadi?” Ujar Aresa ragu, seolah sangat berhati – hati dalam memilih jawabnya.
“Kenapa nggak Arjuna-nya aja?” Tanya Azer bingung, ditengah bingungnya itu ada perasaan aneh yang susah dijelaskan, seperti mengapa diantara banyaknya pilihan harus Arjuna? Mengapa tidak dia?
“Soalnya…dia nggak pakai kacamata.”
Semoga ya diperjelas, soalnya perihal kode – mengkode itu anak muda memang jagonya. (Bersambung)
Ari Hardianah Harahap--