IFM tidak hanya diterapkan pada saat terjadi kebakaran, tetapi juga dalam upaya mempersempit potensi terjadinya kebakaran.
Tahap Pencegahan meliputi mengidentifikasi faktor-faktor resiko penyebab kebakaran, memitigasi penyebab kebakaran dengan mengembangkan sistem kehutanan dan pertanian terpadu salah satunya melalu program Desa Makmur Peduli API (DMPA).
Dalam program pencegahan juga membangun sekat kanal unntuk menjaga kelembapan dan mencegah kebakaran di lahan gambut serta memberikan insentif kepada masyarakat setempat untuk membantu patroli pencegahan kebakaran.
Dalam tahap persiapan dilakukan dengan penyediaan sarana dan prasarana, peralatan dan pelatihan yang diperlukan jika terjadi kebakaran. Pakar manajemen kebakaran nasional dan internasional memberikan pelatihan kepada tim Pemadam Kebakaran (RPK), juga dilaksanakan pelatihan bersama dengan berbagai pemangku kepentingan.
Pada tahap deteksi dini dilakukan pemantauan hot spot melalui satelit internal dan eksternal, juga dilakukan pemantauan arah angin dan cuaca. Selain itu dilakukan pemantauan dengan patroli helikopter, patroli darat, patroli air, pos pantau, menara pemadam kebakaran, CCTV dan drone.
Jika ditemukan titik api maka dilaksanakan strategi respon cepat dimana tim RPK dilengkapi peralatan pemadam kebakaran dengan cepat bergerak ke lokasi kebakaran untuk mencegah api semakin meluas. Penggunaan helikopter water boombing dengan daya angkut 4.000 liter air sebagai salah satu alat agar api dapat segera dipadamkan dan tidak meluas.
Disamping RPK PT Wirakarya Sakti beserta Mitra Pemasok APP Sinar Mas membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang memiliki keahlian khusus dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi, TIM TRC ini akan menjadi Best Praktis Satgas Karhutla Provinsi Jambi untuk membentuk TRC Multi Pihak yang melibatkan TNI, Polri, Manggala Agni dan BPD di Provinsi Jambi.
Komitmen APP Sinar Mas dan mitra pemasok dalam mitigasi Karhutla fokus pada aspek berkelanjutan yang merujuk pada Sustainability Roadmap Vision (SRV 2030). Hal ini juga sesuai dengan komitmen Indonesia melalui FOLU Net Sink 2030 mendorong tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030 dengan pendekatan yang terstruktur dan sistematis.
Pelaksanaan program tersebut merupakan wujud nyata dari komitmen sektor kehutanan Indonesia, tidak hanya untuk kepentingan nasional, tetapi juga untuk berkontribusi kepada masyarakat global menuju pemulihan hijau, sekaligus membangun ekonomi yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan. (raf)