“Teman.” Jawab Abian, bingung tak paham maksud dengan pertanyaan Widia yang tiba – tiba.
“Kalo Zone?” Lanjut Widia bertanya, tatapannya berseri – seri sembari terkikik geli.
“Lokasi? Zona?” Jawab Abian lagi.
“Kalo friendzone?”
“Zona pertemanan” Widia semakin terkikik geli mendengarnya.
“Salah!” Balas Widia lantang, “Kalo Friendzone mah Arsena sama Raka!” Ejek Widia yang dibalas pukulan pelan oleh Arsena.
“Apaan sih!” Arsena protes namun juga turut terkikik sebab Widia dan Abian yang kini sama sama tertawa geli.
“Oh, iya bener juga!” Balas Abian. “Tapi ada yang lebih pas, Yang!” Lanjut Abian, mengehentikan tawa Widia.
“Hah?” Respon Arsena, Widia menunggu kelanjutan perkataan Abian.
“Raka itu mirip pasal 184 ayat (2) KUHAP” Ujar Abian.
“Apa emangnya?” Arsena bahkan jauh lebih penasaran, Widia terkikik geli sebab sudah tau, hampir setiap malam di akhir telponan mereka, Abian akan memberikan gombalan jayus ini padanya.
“Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan!” Sorak Abian yang langsung tertawa dan bertos ria dengan Widia.
“Apa yang nggak perlu dibuktinya?” Tanya Arsena bingung menatap dua love bird yang tertawa puas itu.
Ari Hardianah Harahap--
“Cintanya!” Balas keduanya kompak berteriak, yang mengundang seluruh atensi kantin kepada meja ketiganya. Wajah Arsena memerah, bukan karena malu sebab gombalan murah itu, melainkan tingkah kedua temannya yang seperti orang gila. Diam – diam sebenarnya 25% wajah merahnya disumbang hormon adrenalin sebab debaran jantungnya yang sedikit menggila, perihal Raka…apa benar adanya, Arsena juga. (bersambung)