Dari kejauhan Magenta dan Jeje melihat Cipta, Saka dan Windi bersama, dua dari tiga orang itu terlihat sangat bahagia, sedang satunya terlihat seperti terpaksa bahagia, Cipta. Sama dengan Cipta dan Windi yang menghabiskan sabtunya bersama, Jeje dan Magenta juga begitu, hanya saja mereka memiliki tujuan yang berbeda. Jika Windi dan Cipta berkencan, maka Jeje dan Magenta bekerja, mencari alat – alat dan bahan untuk memperbaiki sepatu.
“Gue nggak suka Windi, entah apapun alasannya gue nggak suka Windi. Mau semua orang bilang Windi adalah orang yang paling menderita di dunia ini, gue tetep nggak akan pernah suka sama Windi.” Ucap Magenta tidak suka.
Jeje melihat Magenta heran, mungkin semua orang mengetahui Magenta sebagai wanita bisu, termasuk Cipta. Padahal Magenta hanya tidak ingin bicara saja, dan saat mendengar Magenta mengeluarkan suaranya maka Jeje paham betul bahwa Magenta benar – benar tidak suka pada apa yang kini ia bicarakan kini.
“Jangan sembarangan bilang gitu, kalo bukan di depan gue, jangan gitu,” Nasehat Jeje terhadap kebiasaan buruk Magenta yang jika sudah membenci atau tidak menyukai sesuatu maka akan mengataknnya dengan gamblang tanpa memikirkan perasaan orang – orang disekitarnya.
“Tapi gue bener – bener nggak suka Je, dan lagian kenapa Cipta bodoh banget suka sama cewe uler kek gitu,” Komentar Magenta kesal.
Jeje tersenyum tipis mendengar julukan yang diberikan Magenta terhadap Windi, “Cemburu?” tanya Jeje.
Mendengar pertanyaan Jeje, Magenta mendelik kesal. Untuk apa cemburu, Magenta hanya tidak suka dan tidak ingin sahabat – sahabatnya terluka, terutama Cipta.
“Ngapain?! Gue cuma nggak suka ngeliat dia kek terpaksa bahagia gitu,” Magenta menatap nanar Cipta, ah, Cipta memang keras kepala, seringkali Magenta mengingatkan Cipta agar menggunakan kepalanya dulu untuk berpikir sebelum mengikuti hatinya. Sia – sia saja.
“Menurut lo kenapa Cipta gitu?” tanya Jeje menatap Magenta.
“Karena Windi,” Jawab Magenta.
“Nggak Ta, lo tahu Ta, Cipta itu bukan penganut mencintai harus memiliki. Cipta punya arti tersendiri tentang Cinta. Cipta bertahan disana bukan karena dia nggak bisa ngelepas Windi, tapi karena Cipta belum ngelihat ada orang di samping Windi yang bisa mastiin Windi untuk selalu berdiri, karena Cipta nggak mau ngeliat Windi jatuh lagi.” Jelas Jeje.
“Maksudnya? Berbelit ih.” Bingung Magenta, menelengkan kepalanya menatap Jeje.
“lo tahu cowok yang sembunyi di belakang Windi itu, namanya Saka. Saka dan Windi itu sama, mereka sama – sama suka, tapi takut buat nyakitin Cipta karena mereka tahunya Cipta suka sama Windi. Bayangin aja, Saka itu sahabat Cipta, dan pastinya Saka bukan orang yang meninggalkan teman hanya untuk Cinta. Disisi lain, Windi suka sama Saka, tapi Windi takut buat nyakitin Cipta. lagipula kalo Windi jujur, Windi takut dia bakal ngehancurin hubungan Saka sama Cipta, atau hal paling buruk yang nggak nggak pengen Windi pikirin, Windi takut buat sendirian lagi.” Lanjut Jeje menghelas nafas memikirkan rumitnya hubungan Saka, Windi, dan Cipta.
“Gimana sama Cipta,” tanya Magenta lagi.
“Cipta Cuma bisa nunggu sampe Saka dan Windi bisa jujur sama dia, kalo dia ninggalin Windi secara tiba – tiba, pasti semuanya nggak akan sama lagi, entah itu Cipta-Windi, Windi-Saka, atau Cipta-Saka. Hubungan mereka bisa jadi bakal balik kayak orang asing dan lo pasti tahu Cipta kan? Cipta nggak suka hubungan yang jauh cuma karena masalah sepele,”