“Yang ngecosplay jadi jing tomang perut buncit harap diam!” Balas Sandra mengejek dengan ekspresi wajah yang dibuat semenyebalkan mungkin.
“Lo berdua diem dulu! Gue urgent!” Peringat Riana yang langsung diangguki keduanya dengan kompak. Hening beberapa saat terjadi diantara mereka.
“Gue butuh duit,” Ujar Riana, “Sekarang.” Lanjutnya mengadahkan tangan meminta pada Sandra dan Budi yang masih mecerna keadaan yang terjadi.
Krik Krik Krik
“NA LO BENEREN KORUPSI?! ASTAGA SEJAK KAPAN NA?! TOBAT LO! LAMA LAMA GUE BAWA USTADZ SELAMET KESINI!” Teriak Sandra terkejut.
“KABUR NA, KABUR! KEBANYAKAN DUIT PERUSAHAAN, KABUR AJA UDAH LO KABUR!” Budi jauh lebih panik, ia bahkan memutari toilet berkali – kali saking risaunya pada nasib Riana.
“DIAMM!!” Teriak Riana, “Siapa yang korupsi sih? Gini – gini gue ahli keuangan yang mumpuni juga professional! Gue cuma bilang gue. butuh. duit!” lanjut Riana.
“YA TAPI BUAT APA?!” Sandra dan Budi kompak meninggikan kalimat mereka. Riana mengusap rambut panjangnya kebelakang telinga, wajahnya kian memerah, pipi dalamnya ia gigit dengan kuat, dirinya diambang malu untuk meminta, tetapi butuh di waktu yang sama.
“guebutuhduitbuatperawatanketemumantan” Riana mencicit pelan, hampir tidak kedengaran, Budi dan Sandra mengernyitkan alis bingung.
“Hah? Mantan? Duit? Apa Na?” Tanya Sandra dan Budi, mecercanya dengan berbagai kata dan kalimat konotasi yang mengandung tanya, membuat Riana ingin menenggelamkan dirinya jauh didalam palung Samudra terdalam.
“gue butuh duit buat perawatan ketemu mantan” Riana berucap dengan nada pelan, ia tundukkan kepalanya sedalam mungkin, menahan malu mati – matian dan mengumpulkan sisa – sisa harga dirinya. Demi tuhan, Riana ingin pulang sekarang juga.
Jika saja Reno Aditama tak pernah kembali, maka tidak ada Riana Adavera yang mendendam setengah mati. (Bersambung)