JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Program COIL (Collaborative Online International Learning) yang diadaptasi oleh Michigan State University (MSU) dan UIN STS Jambi disosialisasikan pada Konferensi Internasional AIFIS (American Institute for Indonesian Studies) pada 24 Juni 2022. Kegiatan ini dilaksanakan secara virtual dengan menggunakan platorfom Whova.
Dari pihak MSU diwakili oleh Prof. Salah Hassan, di mana beliau mempresentasikan apa-apa yang akan dilakukan saat pembelajaran bersama pada bulan Agustus 2022. Beliau juga menyampaikan topik-topik yang akan dibahas bersama termasuk seni, arsitektur, dan sains pada bangunan-bangunan tempat Ibadah Muslim. Sementara dari pihak UIN Jambi, diwakili oleh Aysha Putri, dosen Ushuluddin UIN STS Jambi. Dalam paparannya Ibu Aysha menampilkan contoh-contoh seni, arsitektur, dan sains yang menjadi ruh pada bangunan fisik dan sosial masyarakat Melayu/Muslim di Jambi.
Selian COIL, AIFIS Conference juga menampilkan dua bentuk kolaborasi pembelajaran internasional di antaranya: (1) GIPE (Global Intercultural Project Experience). Program ini berupa kolaborasi pengajaran yang diikuti mahasiswa dari empat negara: Jerman, Indonesia (Universitas Atmajaya), Peru, dan Namimbia. Kerjasama pembelajaran ini lebih berfokus pada sains dan IT; (2) the Intercultural Word Sensei. Program ini berfokus pada pengajaran dan pertukaran pengetahuan dan budaya secara online. Program ini diikuti oleh mahasiswa dari Jepang, China, dan Indonesia (Universitas Bali Internasional).
Selama konferensi, terjadi proses tanya jawab, dan salah satunya pertanyaan dari Dr. David Dalsky yang bertanya kepada Ibu Aisya: “Bagaimana jika nanti terjadi hambatan dalam proses pemahaman dan bahasa antara kedua negara, dimana Indonesia dan Amerika secara bahasa dan budaya sangat jauh berbeda. Bagaimana nantinya dalam pembelajaran arsitektur, seni, dan sains pada saat yang bersamaan atara mahasiswa mendapatkan kesulitan dalam hal tersebut dikarnakan faktor bahasa/budaya.” Lalu Ibu Aisya menjawab dalam tahapan ini beliau belum dapat menjawab secara pasti. Karena program ini masih dalam fase awal yaitu menyusun rancangan silabus dan pembelajaran. Sehingga nantinya seperti apa kami Ibu Aysha bisa menajawabnya secara pasti. Namun yang jelas, mahasiswa akan saling diberi tugas untuk berbagi cerita tentang seni, arsitektur, dan sains yang menajdi fondasi pada bangunan-bangunan tempat ibadah di sekitarnya.
Lalu Prof. Salah Hassan, menambahkan bahwa betul kondisi bahasa dan budaya pasti akan menjadi kendala, namun nati kegiatan ini tidak sepenuhnya dilaksanakan secara tatap muka via zoom. Akan ada beberapa format asyncornous dimana ketika ada kendala budaya dan bahasa dapat didiskusikan melaui forum disukusi baik melaui platform learning management system yang ada.
Baik COIL, GIPE, dan Intercultural Word Sensei mempunyai kelebihan dan keunikan masing-masing. Tentunya, masing-maisng instansi dapat saling belajar dan mengadaptasi best practices yang ada dari setiap program. Karena waktu konferensi yang didisain dalam format roundtable discussion ini sangat terbatas masing-masing peserta sepakat untuk membuat forum selanjutnya agar dapat saling berbagi dan berkolaborasi.
Kegiatan ini dihadiri peserta dari German, Jepang, Amerika, dan Indonesia. Dari Indonesia terdapat tiga kampus yang mengikuti program pembelajaran kolaborasi internasional: UIN STS Jambi, Universitas Atmajaya, dan Universitas Bali Internasional. Semetara dari UIN STS Jambi yang diundang dalam kegiatan ini adalah: Aysha Putri (Dosen FUSA), Mufdhil Tuhri (Dosen FUSA), dan Dion Ginanto (Ketua Pustat Admisi dan Layanan Internasional). (uci/*)