MENGUBAH penampilan science dan matematika dari satu hal yang ditakuti, menjadi satu hal yang digemari, memang tidak mudah. Akan tetapi, jika semua itu dilakukan melalui kreativitas yang menyenangkan, pasti banyak yang akan berminat mempelajari ilmu tersebut. Ini terbukti dalam ajang Indonesian Science Festival 2012 yang diikuti pelajar SD Se-Indonesia.
Ahmad Sukarno Hamid
Suara tawa anak Sekolah dasar (SD) Se-Jabodetabek yang sebagian besar ikut dalam kompetisi Indonesian Science Festival 2012 menggema di lantai III, Mal FX, Senayan, Jakarta Selatan, kemarin (19/9). Dari raut muka mereka, tidak terlihat rasa takut, dan malu. Sebaliknya, layaknya seorang profesor handal, mereka menjelaskan satu demi satu hasil kreativitas ke sejumlah pengunjung yang sengaja datang melihat kemampuan peserta ajang Indonesia Science Festival 2012 itu.
\"Wah ini untuk apa?,\" tanya salah satu pengunjung mall yang melihat stand pameran milik siswa SD Islam Al-Azhar, Rawamangun, Jakarta Timur. Dengan cekatan, siswa berseragam batik dengan selempang biru itu langsung menjelaskan secara detail fungsi dan kegunaan alat yang sengaja dibuat dalam pameran tersebut. \"Ini alat pendeteksi banjir sederhana,\" katanya singkat.
Pengunjung pun nyaris tercengang dengan kreativitas sebagian peserta Indonesinan Science Festival 2012 itu. Sebab, apa yang mereka lakukan mampu memukai para pengunjung yang datang. \"Karena sains itu seru! Tidak percaya, ini buktinya,\" kata Nabiel Irawan,10, siswa SD Islam Al-Azhar menunjukkan salah satu hasil kreativitasnya.
Siswa yang tercatat duduk di bangku kelas 5 SD Islam Al-Azhar Rawangun, Jakarta Timur bersama temanya ini menyulap barang yang sejatinya tidak digunakan menjadi sesuatu berharga, dan memiliki kegunaan. Yakni mengemas botol, styrofoam, sedotan, dan selang menjadi alat pendeteksi banjir sederhana.
\"Dengan alat ini banjir bisa dideteksi, waktu air pasang, sirine berbunyi,\" kata Nabiel serasa mengangkat alat pendeteksi banjir tersebut.
Untuk membuat alat yang mungkin berada di tong sampah menjadi memiliki arti dalam mencegah banjir ini, Nabiel menambahkan, harus ditambah dengan peralatan elektronik, seperti kabel, baterai, tembaga dan alarm. \"Kalau alat yang kami buat ini sangat sederhana, akan tetapi kalau sudah dibuat dalam skala yang sesungguhnya kami yakin saat air pasang, warga bisa berjaga-jaga,\" paparnya lantas tersenyum.
Didampingi temannya Hanif Abadi,11, Nabiel menjelaskan, tanda bahaya banjir sederhana memang sudah tidak asing lagi. Akan tetapi, kreativitas yang dibuatnya kali ini bisa jadi tidak serupa. Apa yang dilakukan bersama timnya ini terinspirasi dari berbagai buku, dan sejarah masyarakat dulu. \"Kami membuat yang simple, yang bisa di bawa kemana-mana,\" kata bocah yang sempat meraih juara tiga dalam ajang Olimpiade lomba dan kompetisi Al-Azhar seluruh Indonesia itu.
Diakui Hanief, kegiatan seperti ini memang sangat menarik, sebab selain bisa bermain secara tidak langsung dia bisa belajar matematika atau ilmu yang lain. Tentunya inipun harus didukung oleh sekolahnya. Dan di lingkungan sekolahnya memang telah tersedia beragam program ekstrakuler yang berbau science, salah satunya robotic. \"Kalau di rumah saya bikin roket juga,\" katanya.
Elvira kasubdit Kelembagaan dan Peserta didik Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Ditjen pendidikan dasar Kemdikbud mengemukakan, Indonesian Science Festival merupakan bentuk sederhana dari lomba cipta peraga. \"Untuk anak-anak SD lebih sederhana, yakni dengan alat-alat daur ulang mereka harus bisa mencoba dan menemukan suatu alat untuk menstimulasikan mata pelajaran yang dia dapat bisa bermakna,\" katanya.
Kegiatan ini telah dilakukan hampir setiap tahun yang diikuti 147 ribu SD negeri dan swasta yang tersebar di Indonesia yang diseleksi secara ketat, pada akhirnya mereka yang menjadi juara hasilnya akan dipamerkan.
\"Kalau hari ini bukan yang menjadi juara, tetapi itu adalah sebagian besar kreativitas anak-anak SD, yang juara kami pamerkan besok (Kamis, 20 September) di Hotel Bidakara,\" katanya. (*)