Perang Tiga Pihak

Selasa 16-10-2012,00:00 WIB

Oleh Hermawan Kartajaya

 Inilah tiga pihak yang akan bersaing keras untuk mendominasi koneksi antarorang. Pertama adalah pembuat gadget. Kedua, pencipta operating system. Ketiga, telecom operator.

 Di Indonesia tiga operator besar bertempur mati-matian untuk menguasai customer. Telkomsel, Indosat, dan XL saling serang dengan segenap strateginya, termasuk menjual kartu perdana mereka dengan harga sangat murah, bahkan gratis. Rugi tak soal, yang penting bisa mengalihkan orang dari satu operator ke operator lain.

 Di Amerika operator begitu kuat sehingga bisa mendikte pembuat gadget. iPhone, misalnya, harus dipaket dengan kontrak AT & T selama jangka waktu tertentu.

 Sering gadget pun diberikan secara cuma-cuma asal pembeli terikat pada kontrak dengan operator. Di Jepang dan beberapa negara Eropa customer seolah jadi milik operator, pihak gadget silakan memanfaatkan.

 Di sini keadaan bisa terbalik ketika BlackBerry (BB) punya fitur yang cocok dengan situasi Indonesia. Saat network tidak begitu bagus, compressed technology BB Messenger (BBM) menjadi sangat disukai. Apalagi, ketika dibungkus cara pembayaran bulanan yang fixed dengan sistem all you can eat. Ditambah lagi iming-iming: pesan lewat BBM tidak bisa disadap siapa pun\" Kecuali pesan rahasianya disimpan, lalu bocor, kemudian jadi polemik kasus korupsi seperti percakapan Angie soal apel malang yang populer itu.  

 Para operator tunduk kepada pembuat gadget. Mereka mau menerima proporsi yang kecil dari paket all in BBM. Server superbesar BBM diandalkan untuk mengatur lalu lintas pesan dari para pengguna. Tapi, ketika lalu lintas BBM kurang lancar, ditambah lagi makin menghebatnya kepopuleran Android sebagai operating system (OS), BlackBerry langsung terasa terseok-seok. Terutama karena Android punya sistem yang bersifat terbuka sehingga siapa pun bisa ikut nimbrung ke sistem itu.

 Android pun mengobral penggunaannya kepada berbagai pembuat gadget seperti Samsung, LG, Motorola, HTC, dan lainnya. Aplikasi di berbagai gadget itu pun dibuat sama dan harmonis. Android milik Google tersebut jadi pesaing keras dari OS yang merupakan sistem tertutupnya, Apple.

 Untungnya, Apple bisa melakukan kontrol ketat sehingga koneksitasnya terjamin. Dengan demikian, sekali lagi, gadget jadi berkuasa kembali. Sekarang Google sedang menyiapkan gadget sendiri setelah membeli Motorola.

 Operator seluler tidak tinggal diam karena itu. Mereka pun mulai melakukan investasi bukan hanya di base station, tapi juga di kabel fiber-optic. Bagaimanapun, kalau kemampuan gadget yang di-drive sistem operasi jadi makin canggih, kabel fiber-optic-lah yang lebih reliable ketimbang semua yang wireless. Sebab, tanpa network yang hebat, semuanya jadi sia-sia. 

 Karena activation makin lama makin canggih, makin variatif, makin cepat, sudah barang tentu makin butuh storage besar. Dan, kalau hal itu difasilitasi dengan baik, di situlah akan lebih mudah terjadi penjualan.

 Ketika perang berlangsung terus di antara pembuat gadget, pencipta sistem operasi, dan operator seluler, mobile gadget akan jadi pusat semua aktivasi sekaligus saluran penjualan.

Bagaimana pendapat Anda\" (*)

Tags :
Kategori :

Terkait