Menjaga Pangan, Menjaga Masa Depan

Selasa 16-10-2012,00:00 WIB

PEKAN ini, tepatnya 16 Oktober 2012, terdapat peringatan yang layak menjadi momentum refleksi bersama, yakni Hari Pangan Sedunia. Tanggal peringatan yang mengacu terbentuknya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 1945 itu bisa menjadi sarana menata kembali strategi pangan yang fungsinya semakin penting di masa datang.

Salah satu masalah yang mendesak ditelaah lagi tahun ini adalah kebiasaan pemerintah untuk menciptakan cadangan pangan. Pemerintah sedang berada di bawah tekanan untuk mencari cara menopang persediaan pangan seiring dengan meningkatnya harga komoditas pertanian impor, yang disebabkan berkurangnya panen di seluruh dunia.

Naiknya harga pangan akan menjadi isu hangat menjelang Pemilihan Presiden 2014. Pemerintah dibuat malu ketika petani tempe dan tahu mogok kerja Juli lalu akibat kenaikan harga kedelai, bahan utama dua makanan tersebut. Agar tidak terulang, pemerintah menyiapkan cadangan kedelai. Caranya, bulog membeli kedelai dari petani lokal. Jika harga pasar terlalu tinggi, kedelai dijual kepada produsen tempe dan tahu dengan harga diskon.

Meski berdampak paling cepat, menciptakan stok pangan seperti itu tidak mudah mengingat keterbatasan anggaran dan kesulitan logistik.

Meski pemerintah ingin melindungi pasar domestik dari harga di pasar dunia yang tidak stabil, mengumpulkan dana untuk membeli dan menyimpan stok pangan tersebut akan menjadi tantangan tersendiri.

Selain itu, kondisi Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau membuat pengiriman komoditas tersebut ke daerah pelosok bisa menghabiskan dana puluhan triliun rupiah tiap tahun.

Pengalaman negara lain menunjukkan bahwa operasi seperti itu tidak selalu berhasil. Di Tiongkok, meski ada cadangan pangan untuk sejumlah komoditas pertanian, tekanan harga pangan sering datang

secara tak terduga. Kebijakan menghimpun pangan sering mengganggu harga pasar dan menciptakan peluang korupsi karena program tersebut sering melibatkan pembelian skala besar oleh pemerintah

dari petani. Pengalaman di lapangan membuktikan, strategi cadangan pangan justru bisa mendorong naiknya harga dilihat dari jangka panjang dengan bertambahnya jumlah permintaan di pasar.

Meski dari segi waktu tidak langsung terlihat hasilnya, sudah saatnya pemerintah berkomitmen untuk mengatasi masalah pangan dan tingginya tingkat impor dengan memperkuat persediaan domestik.

Cara satu-satunya dan berdampak lebih mendasar adalah meningkatkan produktivitas dan memperluas lahan pertanian.

Harus disadari sejak awal, pilihan itu juga tidak lebih mudah daripada strategi cadangan pangan. Meningkatkan produktivitas memerlukan investasi lebih untuk pupuk dan irigasi. Memperluas lahan

juga bisa mengakibatkan penggundulan hutan, yang terbukti bisa berdampak negatif terhadap lingkungan. Pilihan harus diambil, lalu diikuti kerja keras untuk menekan ekses sekecil-kecilnya.

Negara kita berada dalam status rawan pangan bukan karena tidak adanya pangan, akan tetapi lebih disebabkan pemenuhan pangannya yang bergantung

pada pihak lain. Meski dari aspek pemenuhan kebutuhan masyarakat tidak terlalu bermasalah, dalam jangka panjang hal itu tentu sangat membahayakan kelangsungan hidup ratusan juta rakyat Indonesia. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait