Oleh Hermawan Kartajaya
Saya suka ngobrol dengan Direktur Teknologi PT Telkom Indonesia Indra Utoyo. Dia selalu memberikan lanskap masa depan akibat teknologi telekomunikasi. Kata dia, nanti ada empat tipe pelanggan Telkom.
Pertama, produk smart mobility yang pelanggannya adalah para pemegang ponsel. Alamatnya adalah nomor mobile. Mereka ganti gadget pun tidak soal. Bahkan, ganti operator pun, nomor bisa tetap tidak ganti. Nomor tersebut menjadi connector, Telkom bisa memberikan smart mobility, sebuah paket, bukan hanya produk untuk pelanggan yang mobile. Karena terjadi conversation berkesinambungan, Telkom jadi tahu apa yang benar-benar dibutuhkan pelanggan.
Kedua, produk smart home yang pelanggannya adalah rumah tangga. Kata Indra Utoyo, inilah kerajaan terkecil di dunia. Penghuninya bisa satu sampai banyak orang, bergantung berapa besar keluarga atau extended family-nya.
Seluruh penghuni bisa diberi smart home package lewat nomor telepon rumah dalam bentuk IPTV atau Pay-TV. Bisa dijangkau lewat kabel fibre optic atau fixed-wireless. Dengan demikian, alamat rumah dan zip-code jadi penting. Sebab, paket yang ditawarkan bisa dibikin berdasar zona geografis. Dari conversation lewat akses nomor telepon rumah itu, Telkom akan tahu paket yang makin tepat bagi para penghuni rumah.
Ketiga, smart solution bagi kantor-kantor. Berbeda dari rumah, kantor biasanya memerlukan paket yang lebih canggih untuk para penghuninya. Urusan kantor juga membutuhkan kecepatan lebih tinggi dan storage lebih besar. Semua juga harus jauh lebih reliable.
Di sini, connector-nya lebih bersifat fixed dan harus bisa terkoneksi terus dengan cloud. Server kantor dan router jadi dapur yang melayani berbagai lalu lintas percakapan atau conversation. Dengan melakukan hal itu secara intensif, kualitas smart solution akan lebih baik.
Keempat, smart machine yang pelanggannya bukan manusia. Nanti setiap peralatan rumah yang sering disebut white goods terhubung dengan internet. Semua peralatan itu punya IP protocol. Karena unik, tidak ada yang sama.
Sebuah smart refrigerator, misalnya, sudah otomatis terhubung dengan komputer supermarket. Dengan demikian, ketika mengetahui bahwa buah-buahan atau makanan di rumah hampir habis, ia otomatis akan kirim order.
Begitu juga dengan sebuah smart toilet yang peralatannya terhubung dengan laboratorium cek darah. Setiap urine dan tinja pemakainya langsung diambil datanya dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Lab tersebut juga bisa otomatis mengirimkan hasil analisisnya ke e-mail pemakainya.
Sekali lagi, dari smart conversation antarmesin itu, pelayanan pun bisa lebih kena sasaran. Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, conversation akan memacu terjadinya transaksi jual-beli. Jadi, itulah channel yang tercipta lewat sebuah aktivasi.
Lebih hebat kalau di situ lantas bisa nimbrung orang lain sekomunitas yang bisa menjadi pembanding, referensi, atau sekadar komentator. Jadilah yang saya namai Communal Activation.
Semoga bisa mengambil inspirasi dari Telkom untuk bisnis Anda sendiri dalam mengantisipasi masa depan.
Bagaimana pendapat Anda?