Kasus Frans Bersaudara yang Bunuh Maling sampai Jadi Guyonan

Sabtu 27-10-2012,00:00 WIB

Mendengar cerita itu, sejumlah pembesuk pun terdiam. \"Mungkin karena pendidikan yang kurang, akhirnya terjadi kasus ini. Semestinya, kamu (Marianto) laporkan saja ke polisi biar polisi yang menangkap ke Malaysia,\" kata Effendy.

Marianto hanya bisa tersenyum kecil. Tubuhnya juga terlihat bersih di balik balutan seragam tahanan motif putih dan merah.

\"Kamu lulusan apa Marianto\" Madrasah atau SD,\" tanya Effendy. Marianto menjawab bahwa dirinya lulusan SD Inpres.

Kemudian para pembesuk memberikan kado berupa Alquran. Dengan polos Marianto menjawab terima kasih dan berusaha membaca kitab suci itu walaupun tidak seberapa lancar. \"Ya sikik-sikik (sedikit-sedikit) bisalah, Pak,\" ujarnya.

Para tahanan vonis mati itu bergantian mengeluarkan uneg-unegnya. Mereka juga menaruh harapan agar keluarganya diberi kesempatan membesuk. Selain itu, mereka berharap diberi makan atau minum kecil. Apakah itu mi instan, teh, kopi dan jajanan lain. \"Saya sudah sepuluh tahun tak ada yang tengok dari keluarga,\" celetuk seorang tahanan asal Aceh.

Di Malaysia total ada 38 penjara. Selain di Penjara Kajang dan Simpang Renggang, para WNI yang divonis mati juga tersebar di penjara-penjara lain.

Data dari Kementerian Dalam Negeri Malaysia menunjukkan, hingga 22 Oktober ada 86 WNI yang divonis mati. Sedangkan data dari KBRI Kuala Lumpur ada 162 orang. \"Dari dua sampel penjara yang kita kunjungi, kita sudah bisa menarik kesimpulan bahwa pemerintah atau negara harus melindungi dan membela mereka. Nanti kami rumuskan seperti apa rekomendasi dan langkah komisi I untuk pemerintah. Termasuk pemerintah daerah. Mereka tidak boleh diam saja saat warganya menghadapi masalah berat di negara orang,\" kata Helmi.

(*/c2/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait