JAMBI - Di balik kesuksesan lelaki, pasti ada perempuan hebat di belakangnya. Perempuan adalah tonggak keluarga, keberhasilan mendidik anak-anak adalah peran serta dari seoarang ibu.
Meskipun ada juga keluarga yang sudah tidak ada lagi figur ibu, namun anak-anaknya berhasil, tapi tidaklah banyak. Menjadi seorang ibu rumah tangga adalah sebuah profesi yang mulia, di mata suami/masyarakat maupun di mata Allah SWT karena hal tersebut merupakan jihad untuk kaum perempuan/muslimah.
Perempuan itu terlihat lemah, tapi kekuatannya sangat dahsyat. Mereka adalah segala sumber inspirasi, segala sumber kekuatan dan segala sumber kemajuan. Keberadaannya tak tertandingi di bidang kemajuan zaman. Termasuk kemajuan Kota Jambi yang tercinta ini.
Atas kenyataan ini, jika saya dipercaya memimpin Kota Jambi nanti, perempuan harus banyak dilibatkan. Baik di bidang pemerintahan, kesehatan, pendidikan maupun keagamaan. Suaranya harus disalurkan, ide-idenya harus dicarikan jalan untuk diwujudkan, dan semangatnya, harus ditampung untuk keperluan kemajuan kota.
Maka itu, sangat tepat jika membesarkan BKMT-BKMT yang sudah ada. Upaya menghidupkan pengajian dan gerakan keagamaan di masyarakat lewat kegiatan perempuan, tentunya berpengaruh bagi semua pihak, khususnya keluarga.
Ya, agama adalah kunci kekuatan iman. Dan iman, kunci kekuatan keluarga. Jika dalam satu keluarga imannya telah kuat –dalam artian mentalnya telah terbina- lewat gerakan ibu rumah tangganya yang aktif di BKMT, otomatis seluruh anggota keluarga akan ikut terpengaruh. Dengan begini, kita bisa berharap setiap keluarga di Kota Jambi bermental baik dan siap membangun Kota Jambi dengan kesungguhan yang total.
Bayangkan jika dalam satu keluarga bermental tidak baik, bagaimana kemajuan bisa diharap dari anggota keluarga seperti ini? Pada akhirnya yang ada hanya hasil buruk dan jauh dari kemajuan. Jika BKMT-BKMT atau kelompok keagamaan ibu-ibu telah berjalan, baru kita carikan jalan untuk mengoptimalkan fungsi perempuan bagi kemajuan Kota Jambi. Baik itu di sisi ekonomi, kesehatan, pendidikan maupun bidang lain.
Misalnya di bidang ekonomi, bisa saja pemerintah menggelontorkan anggaran untuk pembinaan usaha rumah tangga. Pemiliknya ibu-ibu, pekerjanya ibu-ibu, dan pemasarannya ibu-ibu juga dibantu pemerintah lewat dinas terkait. Kalau perlu, setiap RT ada satu jenis usaha rumah tangga yang hidup, dengan begini, tentunya ekonomi keluarga terbantu dan ibu-ibu ada ruang untuk menyalurkan kreatifitasnya.
Inilah yang biasa disebut ekonomi mikro penopang ekonomi makro. Tidak akan ada ekonomi makro tanpa ekonomi mikro. Semuanya saling terkait, buhul membuhul dalam kesatuan transaksi jual beli.
Lantas, jika Kota Jambi penuh dengan ibu-ibu yang berkeimanan kuat dan berkreatifitas penuh, siapa sangka nantinya lambat laun Kota Jambi akan jadi raja perekonomian di Provinsi Jambi, Indonesia, maupun dunia.
Jadi, tidaklah tepat apabila ada perempuan yang minder dengan statusnya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Coba kita pelajari perjalanan hidup para pemimpin kita maupun pemimpin-pemimpin dunia, mereka sebagian besar di lahirkan dan dibesarkan hanya oleh seorang ibu rumah tangga biasa bukan dari kalangan wanita karier. Jadi, ke depan nanti, untuk menjadikan kota jambi lebih baik dari saat ini, maka peran perempuan harus lebih ditingkatkan sesuai dengan profesi masing-masing.
(adv)