Untuk Sektor Riil
JAKARTA - Pasar Modal Indonesia memberi kontribusi senilai total Rp 315 triliun kepada sektor riil sepanjang tahun ini. Dana tersebut bersumber dari penerbitan saham baru dan obligasi yang langsung diserap korporasi dan pemerintah untuk kepentingan dunia usaha dan perekonomian secara umum.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito, mengatakan dari total Rp 315 triliun itu sebesar Rp 30 triliun di antaranya berasal dari penerbitan saham baru baik melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO) maupun rights issue di tahun ini. Sebesar Rp 76 triliun dari penerbitan obligasi korporasi, dan obligasi Negara sebesar Rp 209 triliun. \"Sehingga secara total sumbangan dari pasar modal ke sektor riil dan pemerintah mencapai Rp 315 triliun sampai kemarin (27/12),\" ujarnya dalam jumpa pers penutupan perdagangan saham 2012 di gedung BEI, kemarin.
Iti menegaskan bahwa semua ini menjadi bukti nyata bahwa pendanaan dari industry pasar modal untuk dimanfaatkan sektor riil dan pemerintah cukup signifikan. \"Selama ini banyak ditanyakan tentang apa kontribusi pasar modal kepada sektor riil. Yang paling sederhana ya seperti itu kontribusinya,\" terusnya.
Sepanjang tahun ini ada 23 perusahaan melakukan IPO atau mencatatkan perdana sahamnya di lantai bursa dengan nilai emisi sebesar Rp 10,136 triliun. Penerbitan saham baru oleh emiten melalui rights issue tercatat sebesar Rp 18,086 triliun, dan warrant sebesar Rp 1,638 triliun.
Sementara jumlah emisi baru obligasi dan sukuk korporasi serta efek beragun aset (EBA) tercatat sebanyak 68 emisi senilai Rp 76,26 triliun dan USD 20 juta diterbitkan oleh 52 emiten. Ito mengatakan jumlah emisi baru ini naik 48 persen dibandingkan 46 emisi pada 2011. Secara nilai aik 51 persen dari Rp 45,93 triliun pada 2011.
Untuk surat berharga Negara (SBN) termasuk SBSN, ORI, dan Sukuk Ritel yang dicatatkan di BEI sepanjang 2012 sebanyak 137 seri senilai Rp 209,41 triliun naik 29 persen dari jumlanya dan naik 28 persen dari sisi nilai dibandingkan tahun 2011.
Ketua Bapepam LK, Ngalim Sawega, mengatakan meski nilai emisi saham turun dibandingkan tahun lalu namun terjadinya peningkatan pada emisi obligasi korporasi menjadi bukti bahwa kepercayaan investor kepada perusahaan di Indonesia meningkat. \"Padahal jika diukur dari tingkat resiko, investasi melalui obligasi kan resikonya lebih tinggi dibandingkan saham. Tetapi kok jumlah dan nilai obligasi korporasi meningkat. Itu bukti bahwa kepercayaan investor kepada emiten cukup tinggi,\" tuturnya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) itu sendiri pada penutupan perdagangan 2012 kemarin berakhir dengan kenaikan 34,83 poin (0,81 persen) ke level 4,316.39. Secara year to date atau kumulatif sejak awal tahun bursa saham ini mengalami kenaikan 12,94 persen.
Di antara bursa besar di Asia IHSG berada di urutan empat di bawah bursa Hongkong (22,96 persen), Tokyo (22,94 persen), dan Singapura (20,53 persen). Di bawahnya ada bursa Malaysia (9,8 persen), bursa Korea Selatan (9,3 persen), dan bursa Tiongkok (1,54 persen). Namun di mata dunia bursa Indonesia ada di urutan delapan.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo, yang ikut menyaksikan penutupan pergerakan IHSG kemarin mengatakan prestasi Indonesia cukup baik dilihat dari sisi makro ekonomi dan pasar modal. \"Secara umum cukup baik meskipun kondisi ekonomi dunia tidak cukup baik. Saya juga mengapresiasi dan berterima kasih kepada seluruh pelaku pasar modal,\" ucapnya.
Tahun depan Agus meminta semua pihak lebih waspada karena dampak dari lemahnya perekonomian global mulai terasa ke Indonesia. Terutama dari pelemahan manufaktur dan pertambangan. \"Neraca perdagangan non migas juga mulai turun,\" katanya.
Agus menargetkan deficit Negara pada 2013 di angka 1,65 persen. Ada potensi lebih akibat kenaikan harga minyak dunia. Untuk itu dia berharap subsidi Negara sekitar Rp 300 triliun untuk bahan bakar minyak, listrik, dan lainnya tepat sasaran.
(gen)