JAKARTA - Batalnya pelaksanaan pembatasan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 2012 harus dibayar mahal. Lonjakan konsumsi BBM membuat beban subsidi membengkak.
Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Agus Suprijanto mengatakan, hingga akhir tahun lalu belanja subsidi BBM sudah tembus Rp 211,9 triliun. “Artinya, realisasi ini mencapai 154,22 persen dari pagu subsidi dalam APBN-P 2012 yang dipatok Rp 137,4 triliun,” ujarnya di Jakarta kemarin (3/1).
Sebagaimana diwartakan, sepanjang tahun lalu kuota BBM bersubsidi dua kali dinaikkan karena tingginya konsumsi. Awalnya, kuota 40 juta kiloliter (kl) tidak cukup dan ditambah menjadi 44,04 juta kl. Karena masih tidak cukup, kuota pun ditambah lagi menjadi 45,27 juta kl.
Anggaran tambahan yang digelontorkan untuk subsidi BBM kala itu sebesar Rp 79,47 triliun. Pada saat yang bersamaan, Banggar DPR menyetujui penggunaan anggaran cadangan subsidi energi dalam APBNP 2012 sebesar Rp 23 triliun untuk menambal pembengkakan subsidi listrik 2012.
Menjelang akhir tahun, Banggar DPR kembali mengabulkan permohonan pemerintah untuk menambah lagi kuota BBM bersubsidi sebesar 1,23 juta kilo liter. Pemerintah memperkirakan anggaran tambahan untuk kuota ini sekitar Rp 6 triliun.
Menurut Agus, Kementerian Keuangan akan membayar biaya subsidi dengan acuan kuota 44,04 juta kl. Sedangkan sisanya akan dibayar dengan anggaran 2013. “Tentunya setelah diaudit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),” katanya. Sebagai gambaran, berdasar laporan distribusi BBM bersubsidi oleh Pertamina, hingga akhir 2012 kuota 45,27 juta kl nyaris ludes, hanya tersisa sekitar 77 ribu kl.
Bagaimana dengan subsidi listrik\" Agus menyebut, realisasi subsidi listrik sepanjang 2012 mencapai Rp 94,6 triliun atau 145,7 persen dari pagu APBN-P 2012 yang tercatat Rp 64,9 triliun. “Dengan begitu, total subsidi energi (BBM dan listrik) mencapai Rp 306,5 triliun, jauh di atas pagu APBN-P 2012 yang Rp 202,35,” katanya.
Menurut Agus, membengkaknya subsidi listrik dipicu oleh tingginya pertumbuhan konsumsi. Semula pemerintah memperkirakan realisasi subsidi listrik hingga akhir 2012 bisa Rp 89,1 triliun. Namun, rupanya pertumbuhan konsumsi listrik tahun ini jauh tinggi dari yang diperkirakan. Dari target pertumbuhan 7 persen, realisasi konsumsi listrik tumbuh hingga 10 persen. Dengan begitu, total subsidi energi (BBM dan listrik) membengkak menjadi Rp 306 triliun.
Sebelumnya, Menkeu Agus Martowardojo menjelaskan meningkatnya harga minyak mentah Indonesia (ICP) membuat anggaran subsidi energi yang di dalam APBNP 2012 ditetapkan Rp 202,4 triliun membengkak menjadi Rp 306 triliun. Sumber dana yang akan digunakan untuk pembayaran itu di antaranya dari tambahan penerimaan migas, penghematan subsidi non-energi, penghematan belanja yang tidak terserap optimal, dan cadangan risiko energi.
(owi/oki)