MUARABULIAN - Warga Desa Kaos Kecamatan Pemanyung, Batanghari saat ini tengah keluhkan jalan lingkungan yang menuju desa mereka. Pasalnya jalan lingkungan yang merupakan akses jalan untuk tiga desa --yaitu Desa Kaos, Desa Pulau Raman, dan Olak Rambahan, saat ini kondisinya rusak parah. Hal ini disebabkan karena kurang tingginya timbunan jalan, sebab jika musim banjir tiba, jalan selalu terendam banjir.
Informasiyang dihimpun koran ini, jalan alternatif itu dibangun melalui dana APBD tahun 2008 lalu. Jalan penghubung tiga desa itu, saat ini sudah hancur lebih kurang 5 Km. Hancurnya akses jalan tersebut sudah dilaporkan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batanghari namun belum ada jawaban. Bahkan sampai detik ini pihak PU Batanghari belum ada yang meninjau kondisi jalan tersebut. Sekedar mengingatkan, jalan Desa Kaos merupakan jalan satu-satunya yang dilalui warga untuk membawa hasil panen pertanian keluar Desa.
Desa Kaos Kecamatan Pemanyung, A Rahman, saat dikonfirmasi via ponselnya (28/1) kemarin mengatakan, penyebab dari jalan lingkungan itu yang mudah hancur yaitu, akibat pondasi jalan terlalu lembut jika terkena air. Harusnya sewaktu pembangunan jalan beberapa tahun lalu terlebih dahulu diukur dengan ketinggian air jika banjir tiba. ‘’Kalau pondasi jalan tinggi, saya yakin tidak terkena banjir lagi, solusi inilah yang mungkin bisa menjamin daya tahan jalan,’’ jelasnya.
Dikatakannya, belum lama ini hanya ada pengerasan jalan dari pihak PU Batanghari. Menurutnya, jika dilakukan pengerasan, sementara masih terkena banjir musiman, perbaikan jalan dengan cara seperti itu sama juga bohong. ‘’Alhasil, perbaikan dengan cara pengerasan itu tidak bemanfaat,’’ katanya.
Harapan warga sekitar, akunya, jalan yang langganan banjir pondasinya ditinggikan agar tidak terkena banjir. Dengan cara ini saya rasa bisa bermamfaat dan bisa membantu warga sekitar demi kelancaran untuk membawa hasil panen mereka keluar.
‘’Jika jalan bagus dan bisa dilalui dengan kendaraan, hasil produksi panen para petani lebih cepat dijual keluar. Terkadang para petani karet di Desa Kaos dan sekitarnya, menunggu pembeli yang mau masuk ke dalam. Namun dengan kondisi jalan yang kian parah itu, pembeli takut untuk masuk ke Desa Kaos,’’ tandas Rahman.
(adi)