JAMBI - Tingginya pertumbuhan ekonomi satu dasa warsa terakhir hanya memakmurkan Negara, tapi belum bisa mensejahterakan masyarakat. Hal ini merupakan kesimpulan dari seminar DPP Partai Gerindra tentang kondisi kebangsaan yang makin memperlihatkan kesenjangan antara golongan.
Ada 70 juta masyarakat kita yang miskin, sementara kelompok yang tergolong mampu makin memperlihatkan sikap individualisme, materialistis dan konsumtif. Hal ini dipaparkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra H Prabowo Subianto bahwa nilai kesetiakawanan social makin hilang ditengah masyarakat.
Inilah buah dari praktik ekonomi neo liberal, ekonomi yang individualis, yang kaya menguasai sumber daya secara mutlak, yang miskin menerima nasib yang kurang baik. Pemerintah mengumumkan ekonomi maju, tapi upah buruh kita rendah, pemerintah mengklaim investasi meningkat tapi pengangguran makin merajalela.
“Inilah yang menjadi kesadaran Gerindra untuk melakukan gerakan politik perbaikan,” jelas calon presiden yang diidolakan masyarakat kecil ini.
Senada dengan hal ini Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Jambi Ir. H. A. R. Sutan Adil Hendra, MM mengatakan kesenjangan dan kepedulian social yang makin hilang harus ditumbuh kembangkan kembali.
“Caranya keadilan social harus ditegakkan, pemerintah mesti jujur memetakan angka kemiskinan. Jangan tutup nurani masyarakat dengan pengamburan angka kemiskinan, seolah kita mampu, kita kaya, kita sejahtera, tapi umumkan kepada masyarakat secara jujur bahwa banyak saudara kita yang belum mampu,” ungkapnya.
“Ketuk nurani mereka untuk membantu lingkungan, dan ini harus berawal dari usaha pemerintah untuk jujur tentang angka kemiskinan masyarakat. Jangan justru memperalat kemiskinan mereka,” tandasnya.
(cas/adv)