JAKARTA-Proses penyederhanaan kepartaian secara alami mulai tampak hasilnya. Tren meleburnya parpol yang gagal alias tercoret menjadi peserta Pemilu 2014 ke salah satu parpol yang lolos verifikasi faktual KPU terus berjalan.
Ketua Umum Partai Nasional Benteng Kerakyatan (PNBK) Eros Djarot, misalnya, memutuskan bergabung ke PAN. Beberapa pengurus DPP PNBK juga menempuh langkah yang sama. Tapi, pilihan itu bersifat pribadi. Bukan merepresentasikan PNBK secara keseluruhan. \"Saya pribadi dan beberapa teman DPP membantu dan mendukung Hatta (Ketua Umum PAN Hatta Rajasa),\" kata Eros kemarin (19/2).
Dia membebaskan pengurus dan kader di daerah untuk memilih parpol baru sesuai pilihan hatinya. Ada beberapa DPD PNBK yang ikut bergabung ke PAN. Ada juga yang ke Gerindra, Hanura, Nasdem, dan PDIP. \"DPP nggak otoriter, mengarahkan harus ke sana atau ke sini. Saya hanya minta ideologinya tetap merah putih, jangan korupsi, jangan juga yang jual-jual Tuhan,\" tegasnya.
PNBK nanti berubah menjadi ormas yang tetap menampung kaum nasionalis. \"Singkatannya tetap PNBK. Cuma kepanjangannya beda. Bisa Perhimpunan Nasionalis Bung Karno atau apalah nanti,\" kata Eros. Mengapa tidak sekalian melebur secara keseluruhan? \"Saya tidak mau menjual anak-anak,\" jawab sutradara film Cut Nyak Dien itu.
Soal pilihannya ke PAN, Eros menyebut visinya jelas. PAN juga bertekad menjadi partai tengah yang tidak primordial. \"Selain itu, partai ini nggak banyak masalah,\" ujarnya.
Sebelumnya, Partai Bintang Reformasi (PBR) pimpinan Bursah Zarnubi juga bergabung ke PAN. Mereka menjadi organisasi sayap PAN dengan nama Petani dan Buruh Reformasi yang singkatannya tetap PBR.
Belum lama Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) juga resmi bergabung dengan Partai Gerindra. PKNU bertransformasi menjadi organisasi sayap Partai Gerindra dengan nama Gerakan Rakyat Ahlussunnah Waljamaah yang disingkat Gerak Aswaja.
Pada bagian lain, Sekretaris\"Pelaksana Harian Pimpinan Kolektif Nasional Partai Demokrasi Pembaruan\"(PDP)\"Didi Supriyanto mengakui partainya juga menjajaki kemungkinan menggabungkan diri ke salah satu partai peserta pemilu. Salah satu yang diajak berkomunikasi adalah PAN. \"Cuma kami belum final,\" kata Didi.
PDP meminta kadernya diakomodasi sampai level kabupaten/kota. Terutama kader PDP yang saat ini menjadi anggota DPRD. \"Kami berharap bisa diakomodasi semua dalam struktur PAN,\" ujarnya. Bila ini berjalan dengan baik, PDP akan bertransformasi menjadi organisasi sayap PAN. \"Singkatannya tetap PDP. Mungkin namanya jadi Penegak Demokrasi Pancasila,\" kata Didi.
PDP, tegas dia, selamanya tetap menjadi kelompok nasionalis. \"Itu memang market kami. Kalau kami bergabung dengan partai mana pun, kami tetap merawatnya sebagai segmen kami,\" ujarnya.
Mengapa harus PAN? Menurut Didi, PAN sudah bergeser menjadi partai tengah. Ideologinya juga Pancasila. PAN, lanjut dia, adalah anak kandung reformasi. \"Cuma sejak reformasi sampai sekarang belum berkesempatan menjadi kekuatan untuk betul-betul menjadi bagian dari perubahan. Sebetulnya sayang,\" jawab Didi.
(pri/c2/agm)