Sektor Mamin Berpotensi

Selasa 26-02-2013,00:00 WIB

Pengusaha Investasi Pabrik Krimer

SURABAYA- Pertumbuhan industri manufaktur produk makanan dan minuman (mamin) semakin matang. Hal itu tampak dari banyaknya pengusaha yang berinvestasi pada sektor tersebut. Salah satunya, PT Lautan Luas, Tbk. Melalui anak perusahaan PT Lautan Natural Krimerindo, Grup usaha dengan bisnis utama bahan kimia tersebut membentuk pabrik produsen creamer (bahan pengganti susu, Red).

                Direktur PT Lautan Natural Krimerindo Hendrik Gunawan menyatakan, perusahaan tersebut adalah langkah pertama dari Induk perusahaan untuk mencoba sektor mamin di dunia manufaktur. Menurutnya, masih banyak produk makanan terutama bahan pendukung yang masih harus diimpor. Salah satu produk yang akhirnya dipilih adalah produk krimer.

       \"Proyek ini kami mulai 23 April 2010 lalu. Dan saat ini, kami sudah memproduksi 50-70 persen dari kapasitas pabrik kami sebesar 21.600 ton. Tapi, dari produksi tersebut, kami sudah punya pembeli tetap. 50 persen produksi untuk buyer lokal, sisanya untuk buyer asing,\" ujarnya di peresmian pabrik PT LNK di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto kemarin.

       Mendapat respon positif dari kostumer, dia merasa yakin bahwa perusahaannya dengan nilai investasi USD 25 juta itu bisa bersaing secara internasional. \"Kami yakin target untuk meningkatkan produksi menjad 100 persen dari kapasitas pabrik bisa langsung terserap. Itu karena disparitas harga kami tak terlalu berbeda dengan produk krimer luar negeri,\" jelasnya.

       Pada kesempatan yang sama, Dirjen Industri Argo Kementerian Perindustrian Indonesia Benny Wachjudi mendukung langkah yang ditempuh PT LNK. Menurutnya, sektor mamin memang punya peranan penting dalam PDB (produk domestik bruto) Indonesia. \"Sektor ini selalu tumbuh diatas pertumbuhan rata-rata. Ditambah lagi, kontribusinya mencapai 36 persen dari total PDB. Tentu perkembangannya selalu menjadi perhatian kami,\" terangnya.

       Di sisi lain, lanjut dia, kebutuhan produk krimer di Indonesia masih belum sepenuhnya terpenuhi. Dia mengatakan, termasuk PT LNK, Indonesia baru punya lima penghasil krimer. Seluruh perusahaan tersebut menghasilkan kapasitas produksi 201,6 ribu ton per tahun. \"Dari kapasitas itu, produksinya masih sekitar 175 ribu. Dan tahun lalu, Indonesia masih harus mengimpor 83 ribu ton krimer dari luar negeri. Itulah pasar yang berpotensi untuk direbut pemain lokal,\" ungkapnya.

       Benny menambahkan, pihaknya bakal terus mendorong adanya investasi di manufaktur sektor mamin. Sebab, hal tersebut bisa memberi nilai tambah bagi bahan baku di Indonesia. \"Investasi produk krimer ini contoh yang bagus. Bahan bakunya memanfaatkan komoditas Indonesia. Dari total bahan baku, 60 persen dari glukosa dan 30 persen dari Hydrogenated Palm Kernel Oil (HPKO). Itu adalah produk turunan dari singkong dan kelapa sawit yang notabene berlimpah di Indonesia,\" tuturnya. 

(bil)

Tags :
Kategori :

Terkait