Stok Obat Dinkes Minim
JAMBI-770 kasus penyakit ditemukan oleh Dinas Kesehatan Kota Jambi akibat banjir yang menggenangi rumah warga dalam beberapa minggu belakangan ini.
Kepastian ini disampaikan oleh Kasi Upaya Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Jambi Khairistin kepada koran ini, kemarin (26/2). Menurut Khairistin, dari jumlah itu, penyakit ISPA masih mendominasi dengan jumlah kasus sebanyak 302 kasus.
“Dari empat posko di empat kecamatan, ISPA yang paling banyak diderita warga selama banjir berlangsung,“ katanya.
Sedangka gatal-gatal dan sakit kepala berada di urutan berikutnya, dengan jumlah kasus masing-masing 144 kasus dan 133 kasus. Dalam mendapatkan data penyakit tersebut, katanya, kadang pihak rumah sakit melakukan jemput bola ke posko-posko yang didirikan Dinas Kesehatan di daerah yang rawan banjir. Selain itu data tersebut juga bisa berubah, karena banjir masih terjadi di Kota Jambi.
Khairistina mengakui, keterbatasan obat menjadi kendala bagi Dinkes Kota jambi untuk melakukan penanganan.
“Kami terkendala obat-obatan yang sangat minim, kemarin dalam melakukan pengobatan ada yang tidak mendapatkan obat,” tambahnya.
Namun demikian, dikatakannya antisipasi pihak Dinkes terhadap penyakit bukan hanya saat banjir terjadi akan tetapi pasca banjir juga di antisipasi.
“Biasanya pasca banjir, penyakit kulit dan diare yang dialami warga. Tapi kita juga sudah menghimbau warga untuk lebih hati-hati pasca banjir ini,” pungkasnya.
Kerugian Ratusan Miliar
Sementara itu, nominal kerugian yang diderita akibat banjir yang melanda sejumlah daerah dipredikis mencapai ratusan miliar rupiah. Kerugian itu gabungan antara kerugian materil maupun kerugian lainnya.
Kasi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Dalmanto menerangkan hal itu. \'Kalau diperkirakan memang bisa mencapai ratusan miliar rupiah. Namun untuk angka pastinya kami masih menunggu laporan kerugian materiil dari masing-masing pemerintah daerah,\' katanya.
Disebutkannya, diantara beberapa daerah, sudah ada yang mengirimkan laporan jumlah kerugian yang diderita di daerahnya masing-masing. Dirinya menguraikan, diantaranya laporan yang sudah masuk yakni di Kabupaten Sarolangun, total kerugian mencapai Rp 15 miliar.
Lalu di Kabupaten Merangin, kerugian mencapai sekitar Rp 9 miliar. Sementara di Kabupaten Kerinci kerugian mencapai Rp 13 miliar. “Laporan dari daerah lainnya belum masuk. Untuk wilayah Kota Jambi, Kabupaten Muarojambi dan Kabupaten Tanjungjabung Timur karena masih dalam kondisi tanggap darurat maka belum bisa dilaporkan. Nanti setelah air surut tentu akan dilaporkan,\' jelasnya.
Dikatakannya, debit air Sungai Batanghari khususnya di pos pemantauan Ancol mulai menurun. Sebelumnya, tinggi muka air sungai mencapai 14,30 meter. Saat ini ketinggian air sudah mencapai 14, 10 meter.