Ditelantarkan, Pasien Miskin Wafat

Kamis 28-02-2013,00:00 WIB

Empat Hari di RSUD RM Tak Diberi Obat

JAMBI –  Pelayanan kesehatan masih mahal di negeri ini. Program Jaminan Sosial Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang digaung-gaungkan pemerintah masih menyulitkan pasien miskin.

Gara-gara persyaratan Jamkesda tak lengkap, selama empat hari Linda Febrianti tidak diberi obat oleh pihak  Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher (RSUD RM) Jambi.  Akibatnya, bocah berumur tiga tahun itu menghembuskan nafas terakhir Jum’at (22/2) pukul 01.00 WIB.

‘’Kami sebenarnya pasien Jamkesda, cuma kata pihak rumah sakit syarat administrasinya belum lengkap. Akhirnya, istri saya kembali ke Tanjabtim ngurus administrasinya. Hanya saja, memang sampai hari ketiga anak saya di rumah sakit, pengurusan persyaratan tersebut belum selesai. Dan dia bisa ke Jambi baru hari ketujuh,’’ cerita Suwandi (48), orangtua korban.

Akibatnya, lanjut Suwandi, anaknya tak diberikan obat lagi sejak hari keempat. Dan hari kedelapan menghembuskan napas yang terakhir.

\"Pihak rumah sakit lebih mementingkan admistrasi pasien, ketimbang tindakan pengobatan terhadap pasien. Padahal anak saya terkena meningitis,\" ujarnya.

Dikatakannya, selama dirawat di RSUD RM, anaknya pun bukan ditempatkan diruang ICU melainkan hanya ditempatkan di ruang UGD. Penjelasan dari pihak rumah sakit bahwa ruang ICU penuh. \"Saya tidak ngerti jugalah apa yang kurang, katanya ada surat yang belum terus ada surat yang tidak distempel Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjab Timur,\" katanya pilu.

Selama istrinya mencoba melengkapi berkas jamkesda tersebut, lanjutnya, untuk penebusan obat Suwandi terpaksa mengeluarkan uang sebagai jaminan. Padahal uang tersebut diperoleh dari pinjaman para dokter dan perawat RSUD Nurdin Hamzah Muara Sabak.

\"Pada hari pertama hingga hari ketiga, saya masih memiliki dana untuk membayar uang jaminan guna menebus obat anak. Namun pada hari ke empat, pihak keluarga sama sekali tidak memiliki dana lagi,\" jelasnya.

Akibatnya, sang anak hanya terbaring tanpa perawatan medis dan obat-obatan selama empat hari berturut-turut. \"Jangankan untuk nebus obat, untuk makan saja sudah tidak ada lagi. Itupun uang saya dapat pinjaman, dan akan dikembalikan jika ada dana Jamkesda cair,\" katanya.

Kini dia hanya berharap agar Pemerintah membantunya menyelesaikan seluruh biaya di RSUD RM. Karena dia sudah kehabisan uang selama anaknya berada di RSUD NH. Ditambah lagi untuk membawa jenasah anaknya kembali ke Tanjab Timur, dia harus merogoh kocek jutaan rupiah.

\"Biaya ambulance untuk membawa jenazah anak saya sekitar Rp 1,6 juta lebih. Sementara informasi yang saya dapat Jamkesda hanya menanggung Rp. 600 ribu saja untuk biaya ambulance,\" paparnya.

Terpisah, Kadis Kesehatan Kabupaten Tanjab Timur, Samsiran Halim melalui Kabid Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan, Hendri, mengungkapkan sangat menyesalkan tindakan pihak RSUD RM. Menurut Hendri korban tidak hanya sekali itu dirujuk ke RSUD RM, jadi seharusnya pihak rumah sakit tidak perlu lagi mempersoalkan berkas admistrasi Jamkesda pasien.

\"Ini bukan yang pertama kali korban dirujuk, kenapa berkas jamkesda harus dipersoalkan lagi. Terlebih mengingat kondisi pasien yang sedang koma,\" pungkas Hendri.

Sementara itu, Djarizal, Direktur Pelayanan RSUD RM yang dimintai keterangannya soal kasus ini semalam mengatakan, dirinya belum menerima laporan mengenai kasus itu. Pasalnya, menurut dia, tak semua kasus yang menyebabkan meninggalnya pasien dilaporkan kepada dirinya.

Tags :
Kategori :

Terkait