JAKARTA - Anggota TNI dan Polri kembali terlibat kontak fisik. Kemarin pagi, kantor Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, diserang puluhan anggota TNI. Empat orang mengalami luka, termasuk Kapolsek Martapura Kompol Ridwan yang mengalami luka tusuk.
Mapolres OKU didatangi sekitar 95 anggota TNI dari Batalyon Artileri Medan (Yon Armed) 15 sekitar pukul 07.30 WIB. Para tentara berseragam itu datang menggunakan puluhan motor dan beberapa truk. Saat mereka datang, anggota Polsek OKU sedang melaksanakan apel pagi.
Mulanya, mereka datang berunjuk rasa meminta penjelasan atas proses hukum terhadap Brigadir Wijaya, Anggota Satlantas Polres OKU yang menembak Pratu Heru Oktavianus, anggota Yon Armed pada 27 Januari lalu hingga tewas. Namun, entah apa pemicunya, mereka mulai beringas.
Kadivhumas Mabes Polri Irjen Suhardi Alius mengatakan, pihaknya telah mendapat info dari Kapolres OKU jika para pengunjuk rasa sebenarnya sudah diterima oleh Kabagops. Mereka juga sudah diberi penjelasan perihal perkembangan kasus tersebut.
\"Tapi, karena penjelasan dianggap tidak jelas, mereka tidak terima dan melakukan tindakan anarkis,\" terangnya di Mabes Polri kemarin.
Suhardi mengatakan, para anggota Yon Armed 15 datang ke Mapolres OKU tanpa sepengetahuan pimpinannya.
\"Danyon (komandan batalyon)-nya datang belakangan dan berupaya menghalau anak buahnya. Tapi tetap saja tidak terkendali,\" lanjut perwira bintang dua itu. Sebab, jumlah massa cukup besar.
Sedikitnya empat orang terluka akibat serangan tersebut. Dua di antaranya kritis dan salah satunya adalah Kapolsek Martapura Kompol Riduan. Dia ditusuk saat berada tidak jauh dari Mapolres. Selain itu, gedung Mapolres nyaris ludes terbakar. Dua pos polisi dan satu polsubsektor juga dibakar dan dirusak. Kerugian lainnya adalah tiga mobil dinas, enam mobil pribadi dan 69 sepeda motor ikut terbakar.
Suhardi memastikan, tindakan anarkistis para anggota Yon Armed masih terkait dengan peristiwa 27 Januari lalu yang menewaskan Pratu Heru Oktavianus. Versi polisi, Pratu Heru sekitar pukul 00.30 terpergok melanggar lalu lintas. Tapi saat akan dihentikan, Pratu Heru yang saat itu tidak mengenakan seragam dinas malah kabur.
Terjadilah kejar-kejaran hingga akhirnya Brigadir Wijaya menembakkan senjatanya. \"Saat ini yang bersangkutan (Brigadir Wijaya) ditahan di Polda Sumsel untuk menjalani proses pidana,\" lanjut Jenderal bintang dua itu.
Berkas perkaranya juga telah rampung dan masuk masa penyerahan tahap pertama ke kejaksaan. Yang jelas, pihaknya menyesalkan penyerangan tersebut dan berharap ke depan tidak terulang kembali.
Saat ini pun, sudah ada perintah dari masing-masing pimpinan kesatuan, baik Polri maupun TNI untuk saling menahan diri. Seluruh anggota TNI yang terlibat penyerangan sudah ditarik lagi ke barak, dan kondisi dinyatakan kondusif.
Suhardi menambahkan, Mabes Polri juga telah mengirim tim ke OKU untuk meredam situasi. Tim gabungan dari Divpropam dan Irwasum sudah didatangkan ke sana. Wakapolda Sumsel Brigjen M Zulkarnain juga ikut turun ke lapangan memantau situasi.
Informasi terakhir, hingga saat ini jumlah korban dalam peristiwa tersebut mencapai delapan orang. Terdiri dari lima anggota Polres OKU (termasuk Kapolsek Martapura), dua anggota Polisi Militer, dan seorang warga sipil. Seluruh korban dibawa ke Palembang. Tidak ada korban tewas dalam peristiwa itu.
Semangat esprit the corps yang dibawa anggota Yon Armed saat menyerang Mapolres juga diakui oleh Kasad Jendral TNI Pramono Edhie Wibowo. Dalam keterangan persnya kemarin, Ipar presiden SBY itu menyatakan, dua peristiwa tersebut masih saling berkaitan.