JAKARTA - Zona Eropa kembali terancam krisis finansial yang lebih dalam. Itu dipicu kekhawatiran terjadi rush (penarikan dana besar-besaran) oleh nasabah perbankan di Republik Siprus. Kepanikan tersebut terjadi setelah diterapkannya retribusi pada dana deposan sebagai salah satu syarat bailout (dana talangan) dari Uni Eropa.
Meski tergolong negara dengan perekonomian kecil di Eropa, keresahan nasabah bank itu membuat bursa Eropa terjungkal. Berdasar data Bloomberg, pada perdagangan pukul 08.35 waktu London, indeks STOXX 600 terjungkal 2,03 poin (0,63 persen) ke level 295,56. Indeks FTSE 300 juga terjungkal 8,61 poin (0,64 persen) ke level 1.195,37. Saham-saham perbankan pun rontok dan menyedot kekhawatiran adanya rush yang dapat menjalar ke perbankan lainnya di wilayah euro.
Dampak guncangan bursa di Eropa itu terasa hingga ke Indonesia karena turut menyeret bursa saham ke zona merah dan menekan kurs rupiah. Sebaliknya, sentimen negatif dari Siprus mengerek harga komoditas emas ke level yang lebih tinggi.
Pada perdagangan kemarin (18/3), indeks harga saham gabungan (IHSG) gagal rebound. Sengatan sentimen negatif Siprus mendorong IHSG terkoreksi 16,498 poin (0,342 persen) ke level 4.802,826. Indeks LQ45 juga terpangkas 16,50 poin (0,34 persen) ke level 4.802,83. Perdagangan bursa pun lesu. Frekuensi perdagangan saham turun menjadi 158.842 kali dari sebelumnya 159.101 kali. Volume perdagangan saham mencapai 5,98 miliar dengan nilai Rp 5,75 triliun.
Siprus yang berpenduduk 1,1 juta orang kini mengalami krisis ekonomi terburuk sejak 1970-an. Jumlah pengangguran mencapai rekor tertinggi 15 persen dan krisis di sektor perbankan terus membengkak. Presiden Nicos Anastasiades yang baru saja memenangkan pemilu berjanji, dana deposito penabung di bank aman. Namun, akhir pekan lalu dia menerima persyaratan bailout yang mengharuskan memotong uang rakyatnya di bank.
Siprus merupakan negara kelima setelah Yunani, Irlandia, Portugal, dan Spanyol yang mendapat bantuan bailout dari Uni Eropa. Dengan disetujuinya bailout, Siprus akan menerima dana talangan 10 miliar euro (atau sekitar USD 13 miliar) untuk menghindari default. Bailout bukan tanpa syarat. Sebab, untuk mendapatkan dana talangan tersebut, pemerintah Siprus akan mengenakan pajak maksimal 10 persen terhadap dana seluruh deposan warganya.
Dengan pajak itu, pemerintah Siprus berharap dapat meraup dana sekitar 6 miliar euro. Siprus pun bakal mengenakan pajak 9,9 persen untuk dana tabungan lebih dari 100 ribu euro dan pajak 6,6 persen untuk dana kurang dari 100 ribu euro.
Warga Siprus yang khawatir\"dan marah melakukan hal logis. Mereka berduyun-duyun ke mesin ATM, menarik duit kas sebanyak-banyaknya. Pelaku pasar khawatir terjadi rush dana tabungan yang bisa saja merembet ke negara-negara Eropa lainnya.
Pengamat pasar modal Yanuar Rizky mengatakan, bailout Siprus bisa berekses panjang terhadap pasar modal di tanah air. Diproyeksi, indeks cenderung fluktuatif dan terjadi pelemahan yang lebih dalam. \"Pasti ada profit taking yang diakibatkan dana pancingan (bailout). Karena ini adalah permainan likuiditas. Apalagi, ada kemungkinan penurunan lebih dalam karena pada Maret ini ada penumpukan defisit juga di AS,\" terangnya kepada Jawa Pos kemarin (18/3).
Lantaran fluktuasi pasar modal yang dipicu bursa global semakin besar, Yanuar menganggap investor di bursa saham tanah air harus bisa mengelola risiko untuk mendapatkan high return. \"Untuk trader jangka pendek, itu cenderung menguntungkan. Tapi, trader jangka panjang bisa sport jantung. Karena prediksi fluktuasi pasar makin besar,\" jelasnya.
Pasar yang gugup akibat krisis Siprus memacu emas kembali menjadi objek perburuan para investor. Sebab, emas dianggap sebagai aset yang lebih aman (safe haven). Kemarin (18/3) harga emas terbang melampaui level USD 1.600 per troy ounce. Divisi Comex New York Mercantile Exchange mencatat, harga emas berjangka untuk pengiriman April di perdagangan Asia naik 0,58 persen menjadi USD 1.601,9 per troy ounce. \"Namun investor harus tetap waspada. Karena emas sebagai instrumen investasi tak bisa dijauhkan dari tren fluktuatif. Karena investasi emas juga menjadi motor likuiditas,\" terang Yanuar.
(gal/c6/kim)