MUARABULIAN – Biasanya Berdirinya sebuah mesjid tak lepas dari kubah yang berlambang bulan dan bintang, dan juga bertuliskan lafaz allah , Namun, lainnya hal yang terjadi dimesjid desa sungai bujang Rt 20, kelurahan rengas condong kabupaten Batanghari. Kubah Mesjid yang berdiri didesa ini berlambang Wayang. Fatamorgana ini memang terlihat aneh, namun kepastian maksud dari kubah berlambangkan Wayang tersebut belum bisa terungkap.
Pantauan dilapangan jumat 22/03 kemarin, terlihat, mesjid tersebut memang masih dalam tahap pengerjaan, nama mesjid juga tidak terlihat, namun mesjid tersebut sudah berdiri kokoh. Dua wayang jenis wayang kulit itu sudah melekat didua kubah mesjid tersebut, tidak itu saja, 8 patung semar juga diletakkan di persegi empat dibawah kubah, satu kubah berdiri satu wayang dan 4 patung semar, sedangkan mesjid tersebut didesain dengan dua kubah.
Disekeliling mesjid juga didirikan benteng yang menyatu dengan bangunan mesjid, bangunan tersebut layaknya sebuah keraton kerajaan. Diperkirakan bangunan mesjid dan benteng tersebut berdiri diatas tanah dengan luas satu hektar.
Ariyanto, Salah satu warga di Rt 19 desa sungai bujang, ketika dikonfirmasi minggu 24/03 terkait desain mesjid tersebut mengaku terkejut saat ia melihat langsung kubah mesjid tersebut berlambangkan wayang, namun ia tidak ambil pusing karena mengetahui memang disitu adalah pesantren, “Awalnya saya terkejut saat pertama melihat mesjid tersebut, dalam hati saya bertanya, mengapa lambangnya wayang, biasanya kan lambang mesjid bulan dan bintang,” kisahnya.
Ari mengatakan, memang direal tersebut sebuah pesantren, tapi para santri yang belajar disitu bukan orang desa sungai bujang atau wilayah sekitarnya, santri tersebut penduduk luar yang tidak diketahuinya berasal darimana, “Sebelum mesjid bediri, Itu memang pesantren, anak-anak yang belajar disitu dari daerah luar, para santri jika mau kesitu biasanya memakai sepeda unta, dan ana-anak santri pun terlihat selalu memakai kain sarung baik santri laki-laki maupun santri perempuan,” kata Ari.
Menurut Ari, mesjid tersebut berdiri bukan hasil swadaya masyarakat, melainkan didanai hanya satu orang, yaitu pendiri pesantren, yang ia ketahui pendiri mesjid tersebut berasal dari daerah pulau jawa, “ Saya tau dengan pimpinan pesantren atau pendiri mesjid tersebut, dia berasal dari jawa, saat mau mendirikan mesjid, saya anjurkan untuk mengajukan bantuan ke kemenag, namun ia menolak dengan alasan, bisa dikerjakannya sendiri tanpa bantuan dari pemerintah, belakangan ini baru saya tau, mesjid ia bangun memakai lambang wayang,” jelas Ari.
Sementara itu, kepala kantor Kesbangpolimas Kabupaten Batanghari, Sulaiman Efendi ketika dikonfirmasi diruang kerjanya jumat 22/03 kemarin mengaku, bahwa ia sudah mengetahui berdirinya mesjid berlambang wayang dan dihiasi patung semar tersebut, namun ia tidak bertemu dengan pendiri mesjid itu, “ kita sudah pernah turun kelokasi, sayangnya kita tidak ketemu orang yang ada hubungannya dengan bangunan tesebut, kita hanya menemukan pekerja. Ketika kita tanya pekerja , mereka menjawab tidak tau, mereka berdalih, hanya tukang yang dibayar. “ kata Sulaiman.
Dia mengatakan, saat ini pemerintah kabupaten Batanghari masih mempelajari maksud adanya wayang dikubah mesjid, dan mempelajari izinnya, “Bagian Kesra dan Kemenag sudah saya laporkan, kita masih mempelajari izinnya. Selain itu dari kemenag mereka tidak memiliki izin bangunan rumah ibadah. Kegiatan keagamaan yang diterapkan disitu pun belum kami ketahui. Ketika kami mencari informasi dengan masyarakat setempat, mereka malah terkesan menutupi, jadi kami belum mengetahui kegiatan disitu,” terangnya.
Sulaiman juga mengaku heran dengan kubah mesjid yang berlambang wayang, yang ia tau, kubah mesjid ada lambang bulan bintang, selain itu ada nama ALLAH, “Lazimnya kan kubah mesjid berlambang bulan dan bintang bukan wayang. Permasalahan ini tentu akan kita pelajari, apa aliran mereka dan apa kegiatan mereka, kita akan kontrol terus,” pungkasnya.
(adi)